Tugas
Individu
INOVASI
PEMBELAJARAN AKIBAT PERKEMBANGAN IPTEK
Disusun
Oleh:
FREZY
PAPUTUNGAN, S.Pd
S2 TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCASARJANA 2017
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seperti
yang kita ketahui, teknologi kini telah merembes dalam kehidupan, kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana
upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewujudkan kesejahteraan dan
peningkatan harkat martabat manusia. Perkembangan zaman berikutnya kemajuan
teknologi semakin cepat seperti photografi, photocopy, cinemaphotografi,
telegrafi, telephon, radio komunikasi, radar, dan berbagai macam digital
computer elektronik. Teknologi ini berkembang ke berbagai bidang kehidupan
seperti di took, di sekolah, perguruan tinggi, kantor bahkan ke rumah tangga.
Atas
dasar kreatifitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK dalam rangka untuk
mengolah SDA yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam pengembangan
IPTEK harus didasarkan terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab, agar
semua masyarakat mengecam IPTEK secara merata. Begitu juga diharapkan SDM nya
bisa lebih baik lagi, apalagi banyak kemudahan yang kita dapatkan. Namun, berbanding
terbalik dengan realita yang ada karena semakin canggih perkembangan teknologi,
telah membuat masyarakat menjadi malas yang disebabkan oleh kemudahan-kemudahan
yang ada tersebut.
Disatu
sisi telah terjadi perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi,
namun pelaksanaan pembangunan IPTEK masih belum merata. Masih banyak masyarakat
kurang mampu yang putus harapannya untuk mendapatkan pengetahuan dan teknologi
tersebut. Hal itu dikarenakan tingginya biaya pendidikan yang harus mereka
tanggung. Maka dari itu, pemerintah perlu menyikapi dan menanggapi
masalah-masalah tersebut, agar peranan IPTEK dapat bertujuan untuk meningkatkan
Sumber Daya Manusia yang ada.
Kalaupun
teknologi mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak
berarti teknologi sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan
kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan
obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak
mengenal moral kemanusiaan, oleh karena iptek tidak pernah bisa menjadi standar
kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah manusia.
Hasil
kemajuan teknologi memang dapat didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia, tetapi jika salah menggunakannya dapat juga merugikan dan
mencelakakan manusia. Kemajuan dan perubahan kehidupan social yang serba cepat
ini merupakan tantangan atau masalah dalam bidang pendidikan.
Untuk
menjawab tantangan atau memecahkan berbagai permasalahan tersebut perlu adanya
sesuatu yang baru dalam bidang pendidikan yang dinamakan inovasi pendidikan.
Suatu inovasi benar-benar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah pendidikan,
jika inovasi itu dapat diterima dan diterapkan oleh para pelaksana kegiatan
pendiidkan (pendidik). Oleh karena itu para pendidik perlu memahami tentang
inovasi pendidikan baik mengenai pengertian, penyebaran, proses keputusan
penerimaan atau penolakan, serta peran wahana pembaharu.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1.
Apakah makna inovasi pembelajaran?
2.
Bagaimanakah perkembangan IPTEK dalam
pembelajaran?
3.
Bagaimana Inovasi Pembelajaran Akibat
Perkembangan IPTEK?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari
makalah ini adalah :
1.
Dapat mengetahui makna inovasi pembelajaran
2.
Mengetahui perkembangan IPTEK dalam
pembelajaran
3.
Untuk mengetahui Inovasi Pembelajaran
Akibat Perkembangan IPTEK.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inovasi
Kata “innovation” (Bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala sesuatu
yang baru atau pembaharuan. Kata innovation dalam bahasa Indonesia menjadi
inovasi.
Inovasi (innovation)
adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai
suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi
diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah
tertentu.
Inovasi sangat berkaitan erat dengan kreatifitas.
Sumber Wikipedia mengartikan inovasi sebagai "proses” dan/ atau “hasil”
pengembangan dan/atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk, proses, dan/atau sistem
yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (http://
www.wikipedia.go.id). Sedangkan Tanadi Santoso menyebut inovasi sebagai proses
mengambil ide dan memprosesnya menjadi produk atau servis atau proses yang
nyata (http://www.tanadisantoso.com).
Rogers
menyatakan bahwa inovasi adalah “an idea,
practice, or object perceived as new by the individual.” (suatu gagasan,
praktek, atau benda yang dianggap/ dirasa baru oleh individu).
Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada
mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi
sebagian orang tetapi bagi sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang
dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Thompson
dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu
desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi
ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan
tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai
tujuan tertentu.
Menurut
Drucker inovasi adalah perubahan, ide atau gagasan yang mendorong seseorang
sebagai penggunanya bekerja dan berkarya lebih baik dari yang sebelumnya. Roger
menyatakan bahwa inovasi adalah suatu gagasan atau objek yang dianggap baru. Tantangan
baru akan muncul seiring berkembangnya inovasi, hal tersebut merupakan imbas
dari situasi baru yang berbeda dan membutuhkan penyesuaian diri.
Mengutip
dari Supriyanto (2007) bahwa Inovasi dalam dunia pendidikan diarahkan untuk penigkatan
mutu sekolah bahkan dalam skala besar digunakan intuk meningkatkan mutu
pendidikan.
Peter
Drucker mendefinisikan inovasi sebagai “sebuah perubahan yang menciptakan
sebuah performansi dimensi yang baru”. Dalam pergolakan waktu saat ini, membawa
perubahan tersebut adalah suatu tantangan yang besar. Inovasi tidak terjadi
tanpa tantangan yang besar. Banyak orang lebih suka untuk melakukan hal-hal
dengan cara yang biasa mereka lakukan dan perubahan tidak diperbolehkan. Banyak
inovasi yang gagal. Namun bagaimana pun juga semua ide, pencapaian dan sistem
inovatif sangat diperlukan jika kita ingin sukses secara personal dan
profesional dalam menghadapi permasalahan.
Rogers
mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya
penerimaan inovasi, sebagai berikut (Everett M rogers, 1983):
a)
Keuntungan relative, yaitu sejauh mana
inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungannya dapat
diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau factor status social, kesenangan,
kepuasan, atau komponen yang sangat penting
b)
Kompatibel, ialah tingkat kesesuaian
inovasi dengan nilai, pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
c)
Kompleksitas, ialah tingkat kesukaran
untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penrima
d)
Trialabilitas, ialah dapat dicoba atau
tidaknya suatu inovasi oleh penerima
e)
Dapat diamati, ialah mudah tidaknya
diamati suatu hasil inovasi.
Inovasi
sebagai suatu ide, gagasan, pralctek atau objek/benda yang disadari dan
diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk
diadopsi sehingga terjadi suatu perubahan.
Maka
inovasi merupakan pikiran yang bercirikan hal baru maupun atau berupa produk
dari suatu teknologi yang diterapkan oleh guru melalui tahapan tertentu,
diyakini dan bertujuan untuk memecahkan persoalan yang timbul dalam suatu
pembelajaran untuk dapat memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran itu
sendiri, sehingga terjadi suatu perbaikan dalam wajah pendidikan dan hasil
belajar.
Inovasi
dalam dunia pendidikan yang dapat dilakukan oleh guru adalah :
1.
Manajemen pendidikan
2.
Metode pembelajaran
3.
Media pembelajaran
4.
Sumber belajar
5.
Pelatihan guru
6.
Implementasi kurikulum
7.
Rencana pembelajaran
Dalam
proses pembelajaran, guru merupakan faktor yang sangat penting yang harus
melaksanakan inovasi, karena :
1.
Inovasi harus berlangsung di sekolah
untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa.
2.
Unsur pokok dan ujung tombak
keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru.
3.
Guru harus inovatif guna menemukan
strategi atau metode yang efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
4.
Inovasi pada intinya harus berada dalam
tatanan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.
5.
Demi kepentingan siswa, maka kunci utama
yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang
dilakukan dan dihasilkan guruharus mengacu pada kepentingan siswa.
6.
Berkembang atau tidaknya proses
pembelajaran beragantung pada kreativitas guru dalam melakukan suatu inovasi.
Karena
inovasi menjadi suatu keharusan bagi guru demi keberhasilan pembelajaran, maka
guru harus memperoleh dan memahami informasi tentang suatu inovasi melalui
berbagai sumber yang mendukung, sehingga guru dalam berinovasi dapat memenuhi
kebutuhan siswa.
Saluran Komunikasi
1.
Pengalaman
2.
Kebutuhan/
masalah
4.
Norma
sosial
Tetap
menerima
Karakteristik karakteristik yang diamati
Pengambilan
keputusan 1.
Penerimaan Terlambat menerima
Berubah
(menolak)
2.
Penolakan
Tetap
menolak
Bagan1. Model tahap-tahap proses keputusan Inovasi
(Rogers, 1982).
Pembelajaran
yang merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa. Implikasinya bahwa pembelajaran sebagai
suatu proses harus dirancang, dikembangkan dan dikelola secara kreatif,
dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan
proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa.
Pembelajaran
sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai
tujuan pembelajaran secara aktif, efektif, dan inovatif. Pembelajaran merupakan
sesuatu yang kompleks, artinya segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran
harus merupakan sesuatu yang sangat berarti baik ucapan, pikiran maupun tindakan.
B. Pembelajaran yang inovatif
Pembelajaran
inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional).
Pembelajaran semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil
belajar siswa serta tidak bermakna pengetahuan yang diperoleh siswa. Di samping
itu, pengetahuan yang diperoleh siswa di dalam kelas cenderung artifisial (buatan
atau tidak alami) dan seolah-oleh terpisah dari permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang dialami siswa. (Uno dan Mohamad, 2011: 106).
Pembelajaran
inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses
pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Pembelajaran
aktif merupakan proses pembelajaran dimana seorang guru harus dapat menciptakan
suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
juga mengemukakan gagasannya. Di samping aktif, pembelajaran juga harus
menyenangkan. (Uno dan Mohamad, 2011: 106).
Pembelajaran
yang menyenangkan berkaitan erat dengan suasana belajar yang menyenangkan
sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajarnya.
Keadaan yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup, jika proses pembelajaran
tidak efektif, yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh para siswa,
sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai
tujuan dan menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa, maka ada beberapa model
pembelajaran inovatif dan pendekatannya, yang dapat diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, yaitu: (1) Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (2)
Model Pembelajaran Group Investigation (GI); (3) Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (PBM); (3) Model Pembelajaran Cooperatif Integrated reading
and Composition (CIRC); (4) Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question,
Read, Recite, Review); (Uno dan Mohamad, 2011: 106-107).
Pembelajaran
inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar.
Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal
yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh
siswa yang sedang belajar. Dalam strategi pembelajaran yang inovatif ini, guru
tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat
mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan
dengan masalah yang sedang dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui
aktivitas belajar yang dibangun melalui aktivitas belajar yang dibangun melalui
strategi ini, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal
yang sedang dia pelajari. (Uno dan Mohamad, 2011: 10).
Pembelajaran
yang inovatif bagi guru dapat digunakan untuk menerapkan temuan-temuan terbaru
dalam pembelajaran, terlebih lagi jika temuan itu
merupakan temuan guru yang pernah ditemukan dalam penelitian tindakan kelas
atau sejumlah pengalaman yang telah ditemukan selama menjadi guru. Melalui
pembelajaran yang inovatif ini, siswa tidak akan buta tentang teknologi dan mereka
bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada saat ini. Dengan demikian
pembelajaran diwarnai hal-hal baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Jika pembelajaran inovatif ini berjalan baik di sekolah, maka dapat
dipastikan bahwa semboyan sekolah sebagai pusat pengembangan kebudayaan
benar-benar terwujud. (Uno dan Mohamad, 2011: 10).
Pembelajaran
adalah inti dari pendidikan. Oleh karenanya pemecahan masalah pendidikan harus
terfokus pada kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang baik
menghendaki seluruh komponen pembelajaran harus baik dan terintegrasi dalam
suatu sistem. Pencarian pendekatan atau strategi baru inilah yang menimbulkan
terwujudnya berbagai macam inovasi dalam pembelajaran. Wujud, bentuk, dan upaya
inovasi ini bermacam-macam namun semua memiliki tujuan umum yang sama yaitu
terwujudnya suatu proses pembelajaran yang berkualitas sehingga dapat
meningkatkan kompetensi, kemampuan, ketrampilan, serta daya saing lulusan.
Inovasi
bertujuan untuk melakukan perubahan dalam arah positif. Jika inovasi berhasil
diadopsi, maka akan terjadi berbagai perubahan, pembaharuan, dan peningkatan
kualitas dalam bidang pendidikan. Agar dapat melakukan inovasi dengan baik kita
perlu memahami hubungan antara inovasi itu sendiri dengan hakekat perubahan
yang tidak jarang harus berhadapan dengan berbagai kultur, praktik, dan
kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di masyarakat (Suyanto, 2003).
Inovasi,
difusi dan difusi inovasi bukan merupakan sesuatu yang baru sehingga teramat
mudah untuk difahami, namun demikian dalam melakukannya bukanlah perkara yang
mudah. Suatu inovasi yang sifatnya membangun dan dirasakan amat perlu bukan
merupakan jaminan untuk dapat ditindaklanjuti akibat penolakan-penolakan
masyarakat. Pada awal diadakannya inovasi boleh jadi substansi inovasi itu
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Jika demikian innovator dapat
memfasilitasi maupun memodifikasi praktik yang sudah ada. Namun apabila gagasan
inovasi tersebut tidak sesuai dengan niali-nilai yang ada di masyarakat maka
akan terjadi penolakan, dengan demikian perlu ada kreasi ulang dari
pengembangan inovasi.
Dalam
melakukan inovasi pembelajaran tentu tidak akan terlepas dari komponen-komponen
pembelajaran itu sendiri, teori-teori pembelajaran, maupun kebijakan penerapan
kurikulum yang berdampak pada orientasi pembelajaran. Apabila dilihat dari
komponen-komponen pembelajaran, maka inovasi pembelajaran harus meliputi
pertimbangan unsur: peserta didik, pengajar, materi dan bahan, media, sarana
dan prasarana, biaya, dan hidden curriculum.
Pada
dasarnya peserta didik tidak hanya belajar dari materi dan bahan ajar yang
disampaikan oleh pengajar di dalam kelas. Keseluruhan lingkungan sekolah,
interaksi antar peserta didik dan antar pengajar dengan peserta didik, budaya sekolah
bahkan lingkungan tempat tinggal peserta didik amat sangat meempengaruhi proses
pembelajaran. Inovasi dikatakan berhasil bila berdampak positif bagi proses
pembelajaran peserta didik.
C. Perkembangan IPTEK dalam
pembelajaran
Peningkatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ini memberikan berbagai banyak kemajuan
teknologi yang memungkinkan anak-anak memperoleh fasilitas yang serba canggih.
Anak-anak sekarang sejak dini sudah mengenal HP,Camera dan berbagai peralatan
yang sangat jauh dengan jaman dahulu. Kemajuan yang demikian cepat juga
ditengarai membawa dampak negatif seperti tersedianya informasi negatif melalui
media masa dengan teknologi yang sulit untuk dihindari.
Berbagai
kenyataan modernitas dan ketersediaan tersebut faktanya tidak sulit bahkan
setiap hari disediakan baik oleh keluarga, masyarakat dan juga dunia informasi.
Maraknya dunia periklanan memaksa informasi beredar lebih mudah, lebih seronok
dan juga lebih merangsang rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba sebagai akibat publikasi
yang memang dirancang secara apik oleh para ahli komunikasi dengan biaya yang
mahal dan dengan dampak meluas dan mendalam. Dapat dikatakan
informasi-informasi tersebut dapat lebih cepat hadir daripada sarapan pagi
kita, atau lebih cepat disantap daripada nasehat orang tua. Informasi tersebut
masuk melalui jendela-jendela ICT (information communication technology).
Jacob
T (2006: 35) mengatakan berorientasi pengajaran sebaiknya ditujukan pada:
Penguasaan bidang disiplin yang menjadi dasar-dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi, penguasaan penyajian materi ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
penguasaan cara belajar yang tepat, sedangkan orientasi pendidikan ditujukan
pada pembinaan sikap ilmiah, budi pekerti, sopan santun, Moral dan kepribadian.
Wina
Sanjaya (2006: 98) mengemukakan bahwa pandangan mengajar yang hanya sebatas
menyampaikan ilmu pengetahuan itu, dianggap sudah tidak sesuai dengan keahlian
sekarang, alasan yang mendorong terjadinya perubahan paradigma
Mengajar, siswa merupakan organisme yang sedang berkembang. Agar mereka dapat
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat
mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang optimal. Oleh
karena itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
informasi yang memungkinkan siswa dapat dengan mudah mendapatkan berbagai
informasi, tugas dan tanggung jawab guru bukan semakin sempit justru semakin
komplek. Guru bukan saja dituntut untuk lebih aktif mencari informasi yang
dibutuhkan, akan tetapi ia mampu menyeleksi berbagai informasi, sehingga dapat
menunjukan pada siswa informasi yang dianggap perlu dan penting untuk dijadikan
sumber belajar.
Sehubungan
dengan hal tersebut, guru mempunyai peranan penting dalam memilih dan
menggunakan media yang canggih tersebut agar pengaruh negatifnya tidak sampai
kepada siswa. Guru sebagai tenaga profesional dibidang pendidikan, disamping
harus memahami hal-hal yang sifatnya teknis, terutama mengelola dan
melaksanakan pembelajaran.
Sudirman
(2001:61) mengatakan "guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar
yaitu kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program
itu kepada anak didik dalam mengelola interaksi belajar mengajar"
Kemampuan mengelola dan melaksanakan pembelajaran harus dimiliki guru untuk
peserta didik. Sebagai konsekuensi guru harus mampu melaksanakan program
pembelajaran.
Kemampuan
tersebut merupakan salah satu kriteria keberhasilan guru termasuk dalam PPKn.
Seperti yang dikemukakan oleh Rusyana (2003: 7) mengatakan sebagai berikut :
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membekali peserta didik
dengan budi pekerti, pengetahuan, dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan
antar sesama warga negara maupun antar warga negara dengan serta pendidikan
pendahuluan bela negara agar warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara.
Tidak
bisa di pungkiri bahwa teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan
penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk menunjang proses belajar
Siswa. Syaiful Bahri Djamarah (2006: 10) mengemukakan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan
kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau
pribadi. Teknologi pendidikan merupakan pemikiran yang sitematis tentang
pendidikan, yang akan dilakukan,yang dapat dilakukan dengan alat-alat
komunikasi modern.
Nasution
(2005.2) mengemukakan bahwa teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar
yang dihasilkan khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat
dimanfaatkan dalam pendidikan, seperti internet, tv, radio dan telepon genggam.
Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang
telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia.
Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya rnenuntut kemampuan fisik yang cukup
besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis,
Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah
sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu
dan aktifitas manusia. Ringkas kata kemajuan IPTEK yang telah kita capai
sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan
kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan
kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula
menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa IPTEK mendatangkan dampak negatif dan
positif bagi manusia.
Ilmu
pengetahuan adalah suatu institusi kebudayaan, suatu kegiatan manusia untuk
mengetahui tentang dirinya dan alam sekitarnya dengan tujuan mengenal manusia
sendiri, perubahan-perubahan yang dialaminya dan mencegahnya, mendorongnya atau
mengarahkannya serta mengenali yang dekat dan jauh darinya, perubahan-perubahan
lingkungan dan variasinya, memanfaatkannya, menghindari dan mengendalikannya.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat diartikan sebagai produk, bukan sebagai proses
atau kegiatan. sebagai produk, tentu saja pemakaianya tergantung pada pemakai,
semakin maju peradaban, makin besar peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
dalam banyak hal ia menggeser peranan takhayul, kekuatan supernatural dan
pengetahuan tradisional suatu masyarakat.
Teknologi
yang turnbuh subur sebagai media informasi dan ilmu pengetahuan serta mempunyai
manfaat yang sangat besar terhadap pendidikan, salah satunya dengan adanya
internet yang dijadikan alat bantu dalam pembelajaran Banyak Informasi yang
berhubungan dengan materi pembelajaran disajikan dalam internet sehingga dengan
mengakses internet, maka dapat membuka materi pelajaran yang berhubungan dengan
materi pembelajaran. Manfaat internet dapat digunakan dalam pembelajaran
karena mempunyai Informasi yang bisa didapatkan seperti yang dikemukakan oleh
Jack Febrian (2001. 24) yaitu basis data, kumpulan tulisan, citra atau gambar, rekaman
suara, multimedia, aplikasi jaringan dan sebagainya.
Perkembangan
IImu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan
sosial dan kebudayaan umat manusia, yang meliputi beberapa aspek antara lain
komunikasi. transportasi, mekanisasi industri, pertanian dan persenjataan,
termasuk di dalamnya adalah pendidikan.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di samping banyak menimbulkan perubahan dalam
nilai-nilai, baik nilai social, budaya, spiritual, intelektual maupun material,
aspirasi baru dan sikap hidup baru (sukmadinata, 2000:3). Hal-hal di atas
menuntut perubahan pada system dan isi pendidikan yang diwujudkan dalam
rekonstruksi kurikulum. Mengingat pendidikan bukan hanya mewariskan nilai-nilai
dari hasil kebudayaan lama, tetapi juga mempersiapkan SDM unggul agar mampu
hidup pada masa kini dan yang akan datang. Ilmu pengetahuan dan teknologi
mempunyai fungsi yang sangat besar terhadap pendidikan. Fungsi ilmu
pengetahuan dan teknologi dikemukakan oleh Munir (2008:185) adalah sebagai
berikut :
1.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
sebagai infrastruktur pembelajaran
2.
Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
alat yang bisa dijadikan sumber belajar
3.
Sebagai alat bantu dan fasiiitas
pembelajaran
4.
Sebagai pendukung manajemen pembelajaran
5.
Memberikan ilustrasi berbagai fenomena
ilmu pengetahuan untuk mempercepat penyerapan bahan ajar.
6.
Rasio antara pengajar dan peserta didik
sebagai proses pemberian fasilitas.
D. Inovasi Pembelajaran Akibat
Perkembangan IPTEK
I.
Konsep Pembelajaran Elektronik
Learning
a)
Pengertian Teknologi Informasi dalam
Pembelajaran
Istilah
Teknologi Informasi lahir pada abad ke duapuluh yang diawali dengan terbentuknya
masyarakat informasi. Istilah Teknologi Informasi yang menggunakan kata informasi,
pada dasarnya sangat berkaitan dengan istilah TK (Teknologi Komunikasi) yang
dikenal lebih dahulu. Kita melihat ada teknologi komunikasi yang berfungsi
sebagai penyaluran informasi, ada juga teknologi informasi yang berfungsi
sebagai penyimpan dan pengolah informasi. Fungsi yang terakhir inilah
menyebabkan orang menyebutnya teknologi komunikasi sebagai teknologi informasi.
Menurut
Richard Weiner dalam Websters New Word Dictionary and Communications disebutkan
bahwa teknologi informasi adalah pemrosesan, pengolahan, dan penyebaran sata
oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi lebih kepada
pengerjaan terhadap data. TI menitik beratkan perhatiannya kepada bagaimana
data diolah dan diproses dengan menggunakan komputer dan telekomunikasi.
Dengan
demikian semakin jelas bahwa kelahiran istilah TI didasari perkembangan teknologi
pengolahan data. Apabila teknologi komunikasi merupakan alat untuk menambah
kemampuan orang berkomunikasi, maka teknologi informasi adalah pengerjaan data
oleh komputer dan telekomunikasi. Pemisahan istilah ini secara moderat ditunjukan
oleh organisasi sarjana komunikasi internasional yang mengelompokan sarjana
komunikasi yang menekuni bidang teknologi komunikasi dalam divisi “Communication
and Technology”, sedangkan sarjana komunikasi yang menekuni teknologi informasi
dikelompokkan kedalam devisi sistem informasi (Abrar, 2001).
Dalam
konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkum semua aspek yang berhubungan
dengan mesin komputer dan komunikasi dan teknik yang digunakan untuk menangkap,
mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menghantar dan mempersembahkan suatu
bentuk informasi yang besar. Komputer yang mengendalikan semua bentuk idea dan
informasi memainkan peranan yang sangat penting (Munir, 2004).
Pada
awalnya teknologi informasi diartikan sebagai perangkat keras dan lunak untuk melaksanakan
satu atau sejumlah tugas pemrosesan data (Alter dalam Syam, 2004). Namun dalam
perkembangannya mendapat respon yang lebih luas, dimana teknologi informasi
juga mencakup teknik komunikasi sebagai sarana untuk mengirim informasi.
Dengan
demikian segala bentuk teknologi yang diimplementasikan untuk memproses dan mengirim
informasi dalam bentuk elektronik, software pemroses transaksi perangkat lunak
untuk lembar kerja, peralatan komunikasi serta jaringan termasuk pada wilayah teknologi
informasi. Everett M. Roger dalam Syam (2004) menempatkan teknologi informasi
bukan hanya sebagai sarana fisik, namun dapat berfunsi sebagai yang meneruskan
nilai-nilai sosial bagi para pemakainya. Terdapat beberapa pandangan yang
mengarah kepada definisi E-Learning diantaranya:
1.
E-Learning adalah konvergensi antara
belajar dan internet (Bank of America Securities).
2.
E-Learning menggunakan kekuatan dan
jalinan kerja, terutama dapat terjadi dalam teknologi internet, tetapi juga
dapat terjadi dalam jalinan kerja stelit dan pemuasan digital
untuk
keperluan pembelajaran (Ellit Tronsen).
3.
E-Learning adalah penggunaan jalinan
kerja teknologi untuk mendesain, mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran
(Elliut Masie).
4.
E-Learning adalah pembelajaran yang
dapat terjadi di internet (Cisco System)
5.
E-Learning adalah dinamik, beroperasi
pada waktu yang nyata, kolaborasi, individu, komprehensif (Greg Priest)
6.
E.Learning adalah pengiriman sesuatu
melalui media elektronik termasuk internet, intranet, extranet, satelit
broadcast, audio/video tape, televisi interaktif, dan cd-rom (Cornelia Weagen).
7.
E-Learning adalah keseluruhan variasi
internet dan teknologi web untuk membuat, mengirim, dan memfasilitasi
pembelajaran (Robert Peterson dan Piper Jafray)
8.
E-Learning menggunakan kekuatan dan
jalinan kerja untuk pembelajaran dimanapun dan kapanpun (Arista Knowledge
System).
Pada
akhirnya Elektronik Learning dapat didifinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar
(siswa dengan sumber belajar (data base, pakar/guru, perpustakaan) yang secara
fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktivitas dalam hubungan tersebut
dapat dilakukan secara langsung (synchronous) maupun tidak langsung
(asynchronous).
1)
Hakikat Teknologi Informasi
Kemajuan
teknologi yang menyatukan kemajuan komputasi, televisi, radio, dan telepon menjadi
satu kesatuan (terintegrasi) terbentuk sebagai suatu revoluasi informasi dan komunikasi
global. Revolusi ini terwujud dari kemajuan teknologi di bidang computer pribadi,
komunikasi data dan kompresi, bandwitdh, data stroge dan data acess, integrasi multimedia
dan jaringan komputer. Teknologi Informasi dapat menjadi alat pendorong ke arah
kemajuan bangsa. Salah satu dampak terbesar adalah perkembangan pembangunan di
bidang pendidikan. Hal yang merupakan jembatan menuju bangsa yang maju di mana masyarakat
dapat memiliki alat-alat yang membantu mereka mengembangkan usaha dan menikmati
hasilnya secara mudah, murah dan merata. Sesuatu yang merupakan kerangka akses
untuk semua orang dalam mengarungi abad 21 ini.
Teknologi
Informasi dan komunikasi dapat membantu memberi perubahan besar di banyak
negara. Dalam era global sekarang ini tidak ada lagi sekat dalam hal akses informasi
sehingga semua lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk mengembangkan
diri dalam segala aspek kehidupan. Tentunya kita sebagai masyarakat Indonesia
tidak dapat menolak terhadap "booming' Teknologi Informasi dan komunikasi ini.
Peranan dunia pendidikan menjadi pintu utama untuk menyaring, mentransfer dan memberikan
constraints sehingga nilai-nilai tradisional yang positif tidak mudah terkikis bahkan
kita berharap dapat bergabung secara sinergis. Tentunya tugas kita sernua untuk
sama-sama berpikir mencari format terbaik bagaimana memanfaatkan dan
mengevaluasi peranan Teknologi Informasi dan komunikasi dalarn meningkatkan
kualitas pendidikan di tanah air tercinta ini.
Kurun
waktu yang relatif singkat semenjak Internet pertama kali terbuka penggunaannya
untuk pemakaian umum pada tahun 1986, jaringan informasi dan komunikasi ini
telah merambah dengan kecepatan luar biasa ke seluruh pelosok dunia tak terkecuali
Indonesia. Menurut data terakhir, pada tahun 1999 lebih dari100 juta orang menggunakan
Internet dan jumlah tersebut masih terus akan bertambah, seiring dengan bertambahnya
kesadaran orang akan perlunya informasi dan semakin banyaknya kemudahan-kemudahan
yang bisa didapat metalui Internet.
IDC
memperkitrakan ada 196 juta pengguna internet di seluruh dunia sampai akhir tahun
1999, dan diramalkan akan menjadi 502 juta pengguna pada tahun 2003. Kegiatan berinternet
akan bertambah dua kali lipat setiap 100 hari, dan diperkirakan pada tahun 2005
sebanyak 1 milliar penduduk dunia akan tergabung dan terhubung satu sama lain melalui
jaringan Internet.
Perkembangan
penggunaan Internet di Indonesia cukup mengesankan. Pusat Industri dan
Perdagangan Lembaga Pengembangan Kewirausahaan Bina Mitra Sejahtera, melaporkan
bahwa pada tahun 1995 ada sekitar 10.000 pengguna yang tersambung ke Internet,
dan pada tahun 1997 angka itu menjadi 100.000. Kemudian menurut Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun
2001 mencapai 2,4 juta orang. Angka tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan
dengan angka pada akhir tahun 200 sebesar 1,9 juta orang. Pengguna sebanyak 2,4
juta orang tersebut terdiri dari 550 ribu pengguna perumahan, 26 ribu pengguna
perusahaan, 2000 sekolah dengan rata-rata 500 pengguna siswa persekolah, 500
perguruan tinggi dengan rata-rata 1000 mahasiswa per kampus dan 2500 warnet dengan
rata-rata 100 orang pelanggan perwanet.
Kesadaran
masyarakat baik dari kalangan content provider maupun khalayak pengguna juga
cukup menggembirakan. Paling tidak pada saat ini ada lima situs di Indonesia
yang membentuk komunitas pendidikan online yaitu supersiswa.com, sekolah 2000.orid,
pendidikan.net, ksi.plasa.com, esensi.com, ayo.net.com, dan ub.net.id. Ketujuh situs
tersebut tumbuh karena adanya kebutuhan khalayak akan adanya suatu layanan pendidikan
melalui Internet, dan rupanya kebutuhan tersebut direspon secara positif oleh kalangan
swasta, yang mendapat dukungan dari Departemen Pendidikan Nasional. Situs-situs
khusus dalam bidang pendidikan diantaranya ialah situs Sekolah 2000 yang semula
bernama SMU 2000, yang merupakan suatu situs pendidikan terbesar yang tumbuh
daril inisiatif APJII (Asosiasi Pengusaha Jaringan Internet Indonesia) yang kemudian
mendapatkan dukungan dari Depdiknas dan pihak swasta lain seperti produsen komputer
dll. Dengan dukungan Depdiknas tersebut kini Sekolah 2000 berhasil membentuk
komunitas pendidikan yang memiliki anggota 404 sekolah SLTP, SMU dan SMK Negeri
maupun swasta yang tersebar di 20 propinsi (Sekolah 2000.or.id, Mei, 2001).
Semakin
bertambahnya sekolah yang tergabung dalam. kamunitas pendidikan, semakin
bertambahnya jumlah warnet-warnet, dan seiring dengan bertambahnya rumah tangga
yang memiliki kornputer yang terhubung ke Internet, maka kesempatan bagi siswa untuk
memanfaatkan Internet juga semakin tinggi. Dengan demikian bisa diasumsikan pula
bahwa peluang memanfaatkan internet untuk keperluan pendidikan atau secara
lebih khusus lagi untuk keperluan pembefajaran di lingkungan sekolah di
Indonesia menjadi hal yang sangat mungkin dan layak untuk dilaksanakan.
2)
Konsep Pembelajaran melalui Teknologi
Informasi
Perkembangan
peradaban manusia diiringi dengan perkembangan cara penyampaian informasi (yang
selanjutnya dikenal dengan istilah Teknologi Informasi). Mulai dari gambar-gambar
yang tak bermakna di dinding-dinding gua, peletakkan tonggak sejarah dalam
bentuk prasasti sampai diperkenalkannya dunia arus informasi yang kemudian dikenal
dengan nama internet. Informasi yang disampaikan pun berkembang dari sekedar menggambarkan
keadaan sampai taktik bertempur. Khusus penggunaan Internet untuk kepeduan
pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta
yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya
proses belajar mengajar yang lebih efektif.
Hal
itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik Internet yang cukup khas, sehingga
diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain telah
dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CDROM Interkatif dan
lain-lain. Pemanfaatan internet sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di
sekolah tidaklah sesederhana dan semudah yang dibayangkan, karena banyak hal
yang harus dipelajad, diperhatikan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh sebelum
menerapkannya. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu
proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan
bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang
harus mampu didukung ofeh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi
pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana,
bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa
mengedakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam memeperoteh pengetahuan yang
d~butuhkan dalarn rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut (Boettcher 1999).
Strategi
pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi
dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari
tiga mode dasar dialog komunikasi sebagai berikut (Boettcher 1999):
-
Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa
-
dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar
-
dialog/komunikasi di antara siswa
Apabila
ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka
diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal. Sebagaimana ditegaskan
oleh Bottcher (1995), bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan mengutamakan
keseimbangan antara ketiga diaioglkomuniaksi tersebut sangat penting pada
lingkungan pembelajaran berbasis Web. Hamzah B. uno dan Nina Lamatenggo (2011:
57) mengemukakan bahwa teknologi informasi adalah suatu teknologi yang
digunakan untuk mengolah data.
Sesungguhnya
internet merupakan media yang bersifat multi-rupa, pada satu sisi [nternet bisa
digunakan-untuk berkornunikasi secara interpersonal misalnya dengan menggunakan
e-mail dan chat sebagai sarana berkornunikasi antar pribadi (one-to-one communications),
di sisi lain dengan e-mail-pun pengguna bisa melakukan komunikasi dengan lebih
dari satu orang atau sekelompok pengguna yang lain (one-to-many communications).
Bahkan sebagaimana telah disinggung di bagian depan, internet juga memiliki
kemampuan mernfasilitasi kegiatan diskusi dan kolaborasi oleh sekelompok orang.
Di samping itu dengan kemampuannya untuk menyelenggarakan komunikasi tatap muka
(teleconference), memungkinkan pengguna internet bisa berkornunikasi secara audiovisual
sehingga dimungkinkan terselenggaranya kornunikasi verbal maupun non-verbal
secara real-time.
Secara
nyata internet memang akan bisa digunakan dalam seting pembelajaran di sekolah,
karena memiliki karakteristik yang khas yaitu (1) sebagai media interpersonal dan
juga sebagai media massa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one maupun
one-to-many, (2) memiliki sifat interkatif, dan (3) memungkinkan terjadinya
komunikasi secara sinkron (syncronous) maupun tertunda (asyncronous),
sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis dialog komunikasi yang
merupakan syarat terselengaranya suatu proses belajar mengajar.
Beberapa
studi menunjukkan bahwa internet memang bisa dipergunakan sebagai media
pembelajaran, seperti studi telah dilakukan oleh Center for Applied Special Technology
(CAST) pada tahun 1996, yang dilakukan terhadap sekitar 500 murid kelas lima
dan enam sekolah dasar. Ke 500 murid tersebut dimasukkan dalam dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen yang dalam kegiatan belajamya dilengkapi dengan akses ke Internet
dan kelompok kontrol. Setelah dua bulan menunjukkan bahwa kelompok eksperimen
mendapat nilai yang lebih tinggi berdasarkan hasil tes akhir.
Lebih
lanjut studi eksperimen yang dilakukan oleh Anne L. Rantie dan kawan kawan di
SMU 1 BPK Penabur Jakarta pada tahun 1999 mengenai penggunaan Internet untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris, menunjukkan bahwa murid yang terlibat
dalam eksperimen tersebut memperlihatkan peningkatan kemampuan mereka secara
signifikan dalam menulis dan membuat karangan dalam bahasa Inggris.
Internet
mempunyai peran yang sangat strategis, bahkan dengan karakteristiknya yang khas
maka pada masa yang akan datang Internet bisa menjadi media pembelajaran yang
paling terkemuka dan paling dipergunakan secara luas.
3)
Faktor Pendukung Pembelajaran melalui
Teknologi Informasi
Sebagai
dasar untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran dalam seting sekolah,
ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius agar
penyelenggaraan pemanfaatan internet untuk pembelajaran bisa berhasil, yaitu:
ü Faktor
Lingkungan, yang meliputi institusi penyelenggara pendidikan dan masyarakat
ü Siswa
atau peserta didik meliputi usia, latar belakang, budaya, penguasaan bahasa dan
berbagai gaya belajarnya
ü Guru
atau pendidik meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman dan personalitinya.
ü Faktor
teknologi meliputi komputer, perangkat lunak, jaringan, koneksi ke internet dan
berbagai kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan internet di lingkungan
sekolah
1.
Institusi
Peranan
institusi yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan komitmen, sangat menentukan
terselenggaranya pemanfaatan internet untuk pendidikan dalam lingkungan sekolah.
Institusi yang paling pertama yang dituntut untuk memiliki komitmen dalam pendayagunaan
internet untuk pembelajaran tentu saja adalah sekolah. Hal ini terutama berkaitan
dengan penggunaan teknologi tinggi yang menyangkut keharusan menyediakan sejumlah
dana untuk penyediaan peralatan (komputer dan kelengkapannya), jaringan, line telepon
(koneksi ke ISP), biaya beriangganan ke Internet Service Provider (ISP), biaya penggunaan
telepon dan sebagainya.
Kesulitan
tidak hanya untuk investasi peralatan ataupun infrastrukturnya, tetapi juga pada
masalah biaya perawatan dan biaya operasional, yang harus dikeluarkan agar
sistem terus bisa berfungsi. Belum lagi kesulitan untuk menyiapkan sumberdaya
manusia yang memiliki kompetensi untuk mengelola sistem, baik sistem
pembelajaran melalui internet maupun sistim pengelolaan fasilitas (perangkat
keras, jaringan dan software management).
Peranan
institusi lain yang tak kalah pentingnya ialah. dalam memberikan kesadaran (awareness)
baik terhadap guru maupun siswa tentang teknologi komunikasi dan informasi
terutama potensi internet sebagai media pembelajaran. Kemudian dilanjutkan pemberian
pengetahuan mengenai prosedur dan tata cara memanfaatkan internet, melalui berbagai
kegiatan dan pelaflhan yang terus menerus, sehingga secara tidak langsung akan tercipta
lingkungan yang akrab teknologi.
Terlihat
bahwa hal yang paling mendasar dalam penerappn internet di sekolah adalah motivasi,
kesiapan dan kesungguhan institusi yang diwujudkan dengan suatu kebijakan yang menyeluruh,
meliputi kebijakan berubahnya metode pengajaran, kebijakan mengenai manajemen
dan prosedur, kebijakan mengakses internet dan lainlain. Karena semua itu
merupakan kunci utama keberhasilan pendayagunaan internet untuk pembelajaran di
lingkungan sekolah.
2.
Masyarakat
Lingkungan
yang perlu mendapat perhatian ialah lingkungan keluarga siswa. Karena dari
lingkungan keluargalah diharapkan muncuinya dukungan yang mampu memberikan dorongan
untuk memotivasi siswa dalam memanfaatkan internet untulk keperluan pendidikan.
Hardijito
(2001) dalam penelitiannya terhadap 210 siswa SMU dan SMK DKI Jakarta yang
secara rutin mengakses internet, menemukan bahwa siswa yang rajin mengakses internet
sebagian besar (55,7%) datang dari lingkungan keluarga yang semua anggotanya (orang
tua, kakak adik) menggunakan internet, dan hanya 5,7% dari keluarga yang sama sekali
tidak menggunakan internet.
Selain
keluarga, lingkungan paling dekat lainnya yang sangat mempengarnhi siswa dalam
mengunakan internet ialah teman sebaya (peer group). Pengaruh lingkungan ini bahkan
lebih besar dari lingkungan keluarga, sebagaimana didapatkan dari hasil penelitlan
Hardjito (2001) yang menunjukkan bahwa dart temanlah mereka pertama kali belajar
internet, mengajari internet secara lebih mendalam dan mendapatkan dorongan untuk
menggunakan internet.
Oleh
karena itu lingkungan siswa ini juga dipersiapkan dan disentuh agar tercipta suasana
yang kondusif, yang mampu memberikan dukungan terhadap siswa dalam memanfaatkan
internet untuk pendidikan.
3.
Guru
Peranan
guru tak kalah menentukannya terhadap keberhasilan pemanfaatan internet di sekolah.
Pemantauan sementara di beberapa sekolah dasar, dan menengah di Bandung umumnya
menunjukkan bahwa inisiatif pemanfaatan internet di sekolah justru banyak yang datang
dari guru-guru yang memiliki kesadaran lebih awal tentang potensi internet guna
menunjang proses belajar mengajar.
Keberhasilan
pernbelajaran berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik
guru-guru yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Untuk itu perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
ü Guru
perlu diberikan pemahaman berbagai keuntungan, termasuk kelebihan dan kelemahan
penggunaan internet untuk pembelajaran, sehingga mereka memiliki motivasi dan
komitmen yang cukup tinggi.
ü Guru,
baik nantinya dia akan berperan sebagai pengembang dan pengguna maupun yang
diproyeksikan sebagai pengelola sistem pembelajaran berbasis internet, harus dibekali
dengan kesadaran, wawasan, pengetahuan dan keterampilan tentang internet.
ü Guru
yang akan dilibatkan dalarn pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran
hendaknya memiliki pengalaman dan kemampuan mengajar yang cukup.
ü Jumlah
guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk
pembelajaran, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara
bertahap.
ü Guru
harus memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani pengembangan dan
pemanfaatan internet untuk pembelajaran.
ü Tetap
menjaga gaya mengajar tiap-tiap guru. karena hal itu akan dicerminkan dalam
cara pembelajaran mereka kelak di sistem pembelajaran dengan internet.
4.
Siswa
Pemahaman
tentang audiens bisa didapat melalui analisis dengan menggunakan data demografi
maupun psikografi, antara lain dengan menguji perbedaan-perbedaan karakteristik,
sikap dan perilaku audiens. Pemilahan atau pengelompokan diperlukan dalam
kaitannya untuk bisa membuat suatu pendekatan atau strategi pendayagunaan internet
lebih tepat sasaran, mengingat bahwa sasaran didik tersegmen dalarn kelompok sekolah-sekolah
yang berbeda. Pemahaman tentang perbedaan-perbedaan motif penggunaan internet
berdasarkan aspek demografl dan psikografi tersebut, menjadi penting agar
pengembangan program pendidikan dengan mendayagunakan internet bisa lebih
menyentuh kondisi riel sasaran.
Sesungguhnya
sasaran didik terkelompok dalam segmen-segmen tertentu yang mengehendaki adanya
perlakuan yang berbeda pula. Sehinggga dalam menerapkan pendayagunaan internet
di sekolah akan lebih baik apabila melakukan segmentasi secara lebih homogen
baik ditinjau dad aspek demografi maupun psikografi, walaupun sesungguhnya
pendekatan segmentasi ini lebih dikenal dalam konsep pemasaran yang menghendaki
diketahuinya kelompok-kelompok sasaran dengan jelas melalui pendekatan segmentasi
pasar, namun pendekatan ini sesunguhnya juga bisa diterapkan dalam semua bidang
kegiatan termasuk dalarn bidang pendidikan. Konsep ini mulai berkembang setelah
Wenddell Smith (1956) menjelaskan bahwa konsumen pada dasarnya berbeda, sehingga
dibutuhkan programprogram pemasaran yang berbeda-beda pula untuk menjangkaunya.
Pendapat tersebut kemudian diperkuat oleh Frederick Winter (1977) yang
menyatakan bahwa average consumer- untuk kepentingan praktis – sudah harus dihapuskan
dari kamus manajemen pemasaran (Kasali, 1999). Segmentasi adalah hal yang wajib
ditempuh dalam suatu proses pemasaran baik komersial maupun sosial, karena dengan
demikian kita bisa memberikan pelayanan sebaik-baiknya pada masing-masing segmen
dan memberikan kepuasan orang-orang di dalam segmen tersebut (Kasali, 1999).
Hal
tersebut sejalan juga dengan teori teknologi pembelajaran dimana keberhasilan tujuan
pembelajaran sangat ditentukan oleh sejauh mana kita mengenali sasaran didik kita.
Bila pendidik menganggap siswa mereka sebagai manusia (human being), dengan segala
hak-hak dan perbedaan-perbedaan motivasinya, maka ia akan mengenggap bahwa murid
merupakan bagian atau subjek dari suatu proses belajar mengajar (Heinrich,
1996).
Segmentasi
menjadi sangat penting, karena sebagaimana yang disampaikan Renald Kasali (1999)
dalam bukunya ‘Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi Targeting dan Positioning”,
bahwa lebih dari 60% kegagalan bisnis disebabkan oleh gagalnya pengusaha
mendefinisikan pasar yang dituju, dan lebih dari 60% kegagalan kampanye sosial
dan politik disebabkan tidak dipahaminya segemen pasar yang dituju. Uraian tersebut
menunjukan bahwa sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet yang akan
dikembangkan hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan karakteristik dan segmen
sasaran didik. Atau dengan kata lain perlu dikembangkan suatu sistem pembelajaran
yang paling sesuai dengan segmen-segmen sasaran didik yang dibina.
5.
Teknologi
Untuk
terselenggaranya kegiatan pembelajaran dengan dukungan internet, maka setelah
ketiga unsur didepan dipenuhi dengan kondisi sebagaimana telah diuraikan, maka faktor
teknologi merupakan suatu hal yang juga mutlak harus tersedia dan harus memenuhi
standar minimal yang dipersyaratkan, baik yang berkaitan dengan peralatan, infrastruktur,
pengoperasian, dan perawatannya.
Idealnya
dalam pemanfaatan internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah
komputer yang bisa mengakses internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia
sejumlah komputer yang bisa mengakses internet akan lebih baik lagi kalo komputer-komputer
yang tersambung ke internet tersebut diletakkan di ruang khusus seperti ruang
laboraturium komputer ataupun di ruangan-ruangan lain yang dianggap strategis.
Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi guru dan siswa dalam
mengakses internet.
Cara
yang paling efektif dan efisien untuk menghubungkan seejumlah komputer ke internet
adalah dengan membangun jaringan lokal, Local Area Network (LAN). Dengan adanya
jaringan maka hanya diperlukan satu sambungan saja ke internet yang bisa dipergunakan
secara bersama-sama oleh komputer yang tergabung dalam jaringan tersebut. Satu
hal yang paling penting dari jaringan dan koneksi ke internet untuk keperluan
pembelajaran, ialah keandalannya afar bisa dipergunakan setiap saat selama 24 jam
dengan tingkat gangguan ataupun kegagalan yang sangat minimal.
Jaringan
yang umum dipergunakan ialah model jaringan client/ server. Model ini memisahkan
secara jelas, komputer mana yang memberikan layanan (server) dan komputer-komputer
mana yang mendapat layanan (client). Agar secrver dan client bisa berkomunikasi
diperlukan server program/ software dan client program/ software.
Dari
sisi cara menghubungkan server dengan client, ada tiga pilihan tipologi yang bisa
digunakan yaitu tipologi bus, tipologi ring, dan tipologi star atau hub. Untuk
mengembangkan , mengoperasikan, dan merawat infrastruktur tersebut diperhatikan
empat aspek dari faktor teknologi yaitu client (software dan hardware), server
(software dan hardware), mode distribusi dan dukungan teknik (McCormack, 1998).
Client
(software dan hardware)
ü Konfigurasi
minimal komputer yang dipergunakan, meliputi kemampuan procesor, memori,
kapasitas penyimpanan, monitor dan kartu jaringan.
ü Program
(operating system( yang akan dipergunakan.
ü Software
Internet (Browser) yang akan dipergunakan.
ü Software
lain yang akan dipergunakan untuk mendukung penyelenggaraan pembelajaran
berbasis internet.
ü Pengaturan
waktu maupun lama pengaksesan oleh setiap penggunaServer (software dan hardware)
ü Apakah
akan dipergunakan satu server untuk menangani semua kegiatan ataukah akan
menggunakan lebih dari satu server untuk menangani setia jenis kegiatan (file server,
-webserver, e-mail server, web-course server dll).
ü Konfigurasi
minimal komputer yang dipergunakan sebagai server, meliputi kemampuan procesor,
memori, kapasitas penyimpanan, monitor, kartu jaringan dan peralatan pendukung
seperti switch, modem, router dll.
ü Program
(operating sistem) dan server manajemen yang akan dipergunakan.
ü Software
lain yang akan dipergunakan untuk mendukung penyelenggaraan pembelajaran
berbasis internet.
ü Pengaturan
level of security, waktu maupun lama pengaksesan oleh setiap pengguna.
ü Software
pelindung dari serangan virus maupun cracker atau hacker yang handal
Mode
distribusi
ü Apakah
komunikasi dalam rangka pembelajaran akan dilakukan secara online, offline atau
kombinasi online dan off-line.
ü Seberapa
cepat akses yang diperlukan.
ü Lebar
pita hubungan ditentukan apa saja yang akan didistribusikan (teks, grafik, audio,
video)
ü Hubungan
dari jaringan ke ISP, bisa digunakan dengan cara dial-up melalui sambungan
telepon biasa, lease-line, radio ataupun satelit. Pemilihannya tentu saja disesuaikan
dengan jenis komunikasi yang akan dilakukan, materi yang akan didistribusikan,
dan tentu saja dana yang tersedia.
Dukungan
teknik
Dukungan
ini lebih bersifat kepada penyediaan sumberdaya manusia yang akan bertanggung
jawab terhadao berfungsinya sistem dan memberikan bantuan apabila guru maupun
siswa mengalami kesulitan berkaitan dengan perangkat keras maupun perangkat
lunak, dalam pelaksanaan penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet. Sumber
daya manusia minimal yang diperlukan paling tidak terdiri dari:
-
Administrator jaringan
-
Administrator Web Course
-
Teknisi komputer
Sumber
daya manusia tersebut bisa direkrut secara khusus tenaga yang sudah memiliki
kualifikasi untuk itu, ataupun dengan memberikan pelatihan khusus kepada beberapa
orang guru yang mempunyai minat dan dedikasi ke arah itu.
II.
Pengembangan
Model Pembelajaran Melalui Internet
Pada
abad 21 ini terjadi suatu keadaan yang sering disebut era globalisasi yang ditandai
oleh banyaknya perubahan pada semua aspek kehidupan, bukan hanya perubahan pada
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam bidang ekonomi,
sosial, budaya, politik, dan termasuk bidang pendidikan. Saat ini dan di masa mendatang
pengaruh era globalisasi akan semakin terasa terutama dengan semakin banyaknya
saluran informasi yang tersedia seperti; surat kabar, majalah, radio, televisi,
telepon, faximili, komputer, internet, satelit komunikasi, sekolah, bahkan
informasi langsung yang dibawa oleh pengunjung (travelers). Semua itu
dimungkinkan dengan adanya perkembangan yang pesat dalam bidang teknologi,
terutama teknologi komunikasi, informasi dan transportasi. Dampak era globalisasi
ini menuntut manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya (human survival),
artinya manusia harus mampu mengendalikan dan memanfaatkan efek-efek
globalisasi dalam kehidupannya. Manusia adalah pencipta globalisasi, dan
manusia itu pula yang harus dapat mengendalikan, menguasai, memanfaatkan, dan
mengembangkan globalisasi untuk kepentingan kehidupannya.
Berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi, terutama teknologi
informasi dan komunikasi, telah menyebabkan dunia ini semakin mengecil dan
membentuk seperti sebuah desa dunia. Batas-batas fisik negara satu dengan
negara lainnya menjadi begitu kurang nampak dan secara non-fisik hampir tanpa batas
(borderless). Globalisasi terjadi sebagai suatu proses mendunia yang tidak tertahankan
dan tidak mungkin terelakan. Dengan demikian diperlukan upaya-upaya untuk
mempersiapkan para siswa sejak dini guna memasuki jaman global yang menuntut kemampuan-kemampuan
khusus. Para siswa sekarang yang sedang menuntut ilmu , pada dasarnya akan
menjadi pelaku-pelaku utama pada jaman yang penuh dengan persaingan.
Oleh
karena itu sudah menjadi kewajiban para guru untuk memberi bekal kepada mereka agar
bisa hidup (survive) di masa itu. Salah satu upaya untuk mempersiapkan siswa memasuki
jaman global tersebut yaitu dengan mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran
yang berorientasi ke masa depan.
1)
Model-Model Pembelajaran Internet
Ada
tiga bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan
sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet,
yaitu: 1) Web Course, 2) Web Centric Course, dan 3) Web Enhanced Course
(Haughey, 1998).
1.
Web Cource
Web
course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh
bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya
disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun hubungan
atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat.
Komunikasi lebih banyak dilakukan secara ansynchronous daripada secara synchronous.
Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk
keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses pembelajaran
sepenuhnya menggunakan fasilitas internet seperti email, chat rooms, bulletin
board dan online conference.
Selain
itu sistem ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai sumber belajar (digital),
baik yang dikembangkan sendiri maupun dengan menggunakan berbagai sumber
belajar dengan jalan membuat hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah
tersedia pada internet, seperti data base statistic berita dan informasi,
e-book, perpustakaan elektronik dll.
Bentuk
pembelajaran model ini biasanya digunakan untuk keperluan pendidikan jarak jauh
(distance education/learning). Aplikasi bentuk ini antara lain virtual campus/university
ataupun lembaga pelatihan yang menyelenggarakan pelatihanpelatihan yang bisa
diikuti secara jarak jauh dan setelah lulus ujian akan diberikan sertifikat.
2.
Web Centric Course
Sebagian
bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui
internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan
dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagaian
dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase
tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses pembelajaran
melalui internet.
Bentuk
ini memberikan makna bahwa kegiatan belajar bergeser kegiatan di kelas menjadi
kegiatan melalui internet sama dengan bentuk web course, siswa dan guru sepenuhnya
terpisah tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka,
baik di sekolah maupun ditempat-tempat yang telah ditentukan seperti di ruang perpustakaan,
taman bacaan, ataupun di balai pertemuan. Penerapan bentuk ini sebagaimana yang
telah dilakukan pada perguruan tinggi perguruan tinggi terkemuka yang
menggunakan sistem belajar secara of campus.
3.
Web Enhanced Course
Web
Enhanced Course merupakan pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang
peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan
nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.
Peranan
internet disini adalah untuk menyediakan sumber-sumber belajar yang sangat kaya
akan informasi dengan cara memberikan alamat-alamat atau membuat link ke
pelbagai sumber belajar yang sesuai dan bisa diakses secara online, untuk meningkatkan
kuantitas dan memperluas kesempatan berkomunikasi antara pengajar dengan
peserta didik secara timbal balik. Dialog atau komunikasi dua arah tersebut dimaksudkan
untuk keperluan berdiskusi, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok.
Berbeda
dengan kedua bentuk sebelumnya, pada bentuk web enhanced course ini prosentase
pembelajaran melalui internet justru lebih sedikit dibandingkan dengan prosentase
pembelajaran secara tatap muka, karena penggunaan internet adalah hanya untuk
mendukung kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Bentuk ini dapat pula
dikatakan sebagai langkah awal bagi intitusi pendidikan yang akan
menyelenggarakan pembelajaran berbasis teknologi informasi, sebelum menyelenggarakan
pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks, seperti web centric course
ataupun web course.
Baik
pada model ataupun web course, web centric course ataupun web enhanced course,
terdapat beberapa komponen aktivitas seperti informasi, bahan belajar, pembelajaran
ataupun komunikasi, penilaian yang bervareasi. Secara umum komponen aktivitas
dan strukturnya dapat diterapkan dalam pengembangan pembelajaran melalui internet.
2)
Pengembangan Model Pembelajaran melalui
Internet
Untuk
mengembangkan sistem pembelajaran berbasis internet, terlebih dahulu perlu
dilakukan pengkajian atas seluruh unsur dan aspek sebagaimana telah diuraikan
di atas, sehingga bisa didapatkan pegangan sebagai bahan pengambilan keputusan
dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet. Di samping itu juga
diperlukan pertimbangan dan penilaian atas beberapa hal yang tidak kalah
pentingnya antara lain:
a.
Keuntungan. Sejauhmana sistem pembelajaran berbasis internet akan memberikan keuntungan
bagi intitusi, staf pengajar, pengelola, dan terutama keuntungan yang akan diperoleh
siswa dalam meningkatkan kualitas mereka apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan
pembelajaran tatap muka secara konvensional.
b.
Biaya pengembangan infrastruktur serta pengadaan peralatan software.
c.
Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan infrastruktur, mengadakan peralatan serta
sofware tidaklah sedikit. Untuk itu perlu dipertimbangkan hal-hal seperti,
apakah akan membangun suatu jaringan secara penuh ataukah secara bertahap,
apakah akan mengadakan peralatan yang sama sekali baru ataukah meng-upgrade
yang sudah ada atau scound.Mesti diperhatikan bahwa sofwere yang asli bukan
bajakan harganya relative mahal. Untuk itu dipertimbangkan kemampuan
menyediakan dana dalam setiap pengambilan keputusan.
d.
Biaya operasional dan perawatan. Suatu sistem akan berhjalan apabila dikelola
secara baik. Dengan demikian, sistem pembelajaran berbasis internet ini, juga diperlukan
biaya operasional dan perawatan yang tentunya tidak sedikit. Biaya operasional,
honor pengelolaan, biaya langganan ISP (Internet Service Provider), biaya
langganan saluran telepon tersendiri dan biaya pulsa telepon apabila
berkeinginan menggunakan dial-up. Sedangkan biaya perawatan termasuk
penggantian suku cadang yang mengalami kerusakan baik karena umur maupun
kesalahan prosedur pemakaian. Untuk menanggulangi biaya operasional dan
perawatan tersebut, dapat dilakukan dengan mendayagunakan sistem tersebut agar
mampu menghasilkan uang (income generating), antara lain dengan membuka warnet
untuk umum, mengadakan pelatihan-pelatihan dan lain-lain.
e.
Sumber daya manusia. Untuk mengembangkan dan mengelola jaringan dan sistem pembelajaran,
diperlukan sejumalh sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan integritas
yang tinggi. Dalam hal ini termasuk guru-guru yang harus memahami prinsip-prinsip
pembelajaran melalui internet.
Untuk
keperluan itu hendaknya dilakukan identifikasi dan kemudian dipersiapkan tenaga-tenaga
tersebut, apakah bisa dicukupi dari dalam ataukah harus merekrut tenaga-tenaga baru.
Untuk membekali tenaga-tenaga tersebut perlu diberikan pelatihan, diperhitungkan
lama waktu pelatihan, tempat pelatihan, cara pelatihan agar bisa menghasilkan
tenaga yang memiliki kualifikasi.
f.
Siswa. Yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah mengetahui
sejauhmana kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan internet yang akan diselenggarakan. Kalau internet merupakan
sesuatu yang baru bagi sebagian besar siswa, tentunya perlu dilakukan
serangkaian upaya untuk mengkondisikan agar mereka siap berpartisipasi secara
aktif dalam sistim pembelajaran yang baru tersebut.
Adalah
hal yang tidak mudah untuk merubah kebiasaan mereka yang telah terbiasa belajar
secara tatap muka secara konvensional selama bertahun-tahun, yang tentunya telah
menjadi gaya belajar atau kebiasaan yang sudak mendarah daging.
Berdasarkan
kajian dan pertimbangan sebagaimana telah dibahas di atas, kemudian sistim
pembelajaran internet dikembangkan melalui tiga cara pengembangan yaitu:
1.
Menggunakan sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, seperti e-mail, IRC (Internet
Relay Chat), word wide web, seach engine, millis (milling list) dan FTP (File Transfer
Protocol).
2.
Menggunakan sofware pengembang program pembelajaran dengan internet yang dikenal
dengan Web-Course Tools, yang di anataranya bisa didapatkan secara gratis ataupun
bisa juga dengan membelinya. Ada beberapa vendor yang mengembangkan Web Course
Tools seperti WebCT, Webfuse, TopClass dan lain-lain.
3.
Mengembangkan sendiri program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan (tailor made),
dengan menggunakan bahasa pemrograman seperti ASP (Active Server Pages) dan
lain-lain.
Setiap
cara memeliki kelebihan dan kekurangan, misalnya pengembangan program
pembelajaran dengan menggunakan fasilitas internet mempunyai kelebihan biayanya
sangat murah dibandingkan yang lain, namun ada kekurangan yaitu dalam pengelolaan
agak sulit karena sifatnya tidak terintegrasi. Sedangkan apabila menggunakan
Web Course Tools atau pengembangan secara taillor-made biayanya jauh lebih
mahal, namun memiliki kelebihannya yakni mudah dalam pengembangan dan
pengelolalaannya, lebih power full, dan sesuai dengan kebutuhan. Untuk memilih
salah satu cara yang akan dipakai, ditentukan pada pertimbangan berdasarkan
kajian terhadap berbagai hal seperti yang telah dibahas dibagian terdahulu tadi.
Namun pada dasarnya mendayagunakan internet untuk mendukung peningkatan kualitas
pendidikan adalah hal yang sangat layak untuk segera dilaksanakan secara luas
di institusi-institusi penyelenggara pendidikan di Indonesia.
3)
Aplikasi Pembelajaran melalui Teknologi
Informasi
Dalam
proses pembelajaran, aplikasi e-learning bisa mencakup aspek perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan
gambaran rencana (skenario) yang memproyeksikan mengenai beberapa aktivitas dan
tindakan yang akan
dilakukan
pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian aplikasi perencanaan
pembelajaran yang berbasis e-learning pada dasarnya memuat rencana, perkiraan
dan gambaran umum kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan jaringan komputer,
baik intra-net maupun inter-net. Pada prinsipnya dalam perencanaan pembelajaran
terdapat empat komponen utama, yaitu: materi/bahan ajar, kegiatan belajar mengajar,
dan evaluasi.
Komponen
tujuan berfungsi untuk menentukan arah kegiatan pembelajaran. Dari rumusan
tujuan pembelajaran harus sudah terproyeksikan bagaimana proses berlangsungnya
pembelajaran serta kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki siswa sebagai hasil
belajar. Rumusan tujuan pembelajaran tidak hanya menggambarkan hasil, tetapi
juga menggambarkan kegiatan atau proses. Penetapan bahan ajar yang akan
berfungsi untuk memberi makna terhadap upaya pencapaian tujuan. Dalam
pembelajaran konvensional, bahan ajar untuk setiap mata pelajaran sudah
tersedia dalam buku paket, dan secara tatap muka disampaikan oleh guru dengan
menggunakan metode pembelajaran yang dipilihnya. Sedangkan bahan ajar untuk e-learning,
selain para dapat memanfaatkan buku sumber yang tersedia, juga dapat secara langsung
mengakses bahan ajar/informasi pada beberapa halaman web yang telah dibuat sebelumnya.
Dengan demikian perolehan informasi pembelajaran akan bersifat lebih luas,
mendalam, dan bervariasi.
Kegiatan
belajar mengajar yang tercakup dalam perencanaan pembelajaran pada intinya
berisi mengenai deskripsi materi/bahan ajar, metode pembelajaran, dan
alat/media pembelajaran. Untuk kepentingan media pembelajaran berbasis
e-learning, penentuan bahan ajar hanya memuat pokok-pokoknya saja, sementara
deskripsi lengkap dari pokok-pokok bahan ajar disediakan dalam halaman web yang
akan diakses siswa.
Evaluasi
sebagai komponen terakhir dalam perecanaan pembelajaran berfungsi untuk mengukur
sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan
apabila tujuan tersebut belum tercapai. Melalui pendekatan pembelajaran berbasis
e-learning, kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi,
setiap siswa dapat melihat dan mengikuti suruhansuruhan di halaman web. Bisa
berupa pertanyaan, tugas-tugas, dan atau latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa.
Dalam
implementasi pembelajaran, terdapat model penerapan e-learning yang bisa digunakan,
yaitu: Selective Model, Sequential Model, Static Station Model, dan Laboratory
Model.
1.
Selective Model
Model
selektif ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas (misalnya
hanya ada satu unit komputer). Di dalam model ini, guru harus memilih salah satu
alat atau media yang tersedia yang dirasakan tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran.
Jika guru menemukan bahan e-learning yang bermutu dari internet, maka dengan terpaksa
guru hanya dapat menunjukan bahan pelajaran tersebut kepada siswa sebagai bahan
demonstrasi saja. Jika terdapat lebih dari satu komputer di sekolah/kelas, maka
siswa harus diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung.
2.
Sequential Model
Model
ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas (misalnya hanya dua
atau tiga unit komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara bergiliran menggunakan
komputer untuk mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan. Siswa menggunakan
bahan e-learning sebagai bahan rujukan atau untuk mencari informasi baru.
3.
Static Station Model
Model
ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas, sebagaimana halnya
dalam sequential model. Di dalam model ini, guru mempunyai beberapa sumber belajar
yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Bahan e-learning digunakan
oleh satu atau dua kelompok siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Kelompok siswa lainnya menggunakan sumber belajar yang lain untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang sama.
4.
Laboratory Model
Model
ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium yang dilengkapi
dengan jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya secara lebih leluasa
(satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan
oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri. Setiap model e-learning
yang dapat digunakan dalam pembelajaran di atas masing-masing mempunyai
kekuatan dan kelemahan. Pemilihannya bergantung kepada infrastruktur
telekomunikasi dan peralatan yang tersedia di sekolah. Bagaimanapun upaya pembelajaran
dengan pendekatan e-learning ini perlu terus dicoba dalam rangka mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang.
III.
Kemasan Dan Teknologi Pembelajaran
Melalui Teknologi Informasi
Proses
pembelajaran di sekolah selama ini selalu menempatkan siswa sebagai objek yang
harus diisi oleh sejumlah ragam informasi dan sejumlah bahan-bahan ajar
setumpuk lainnya. Terjadi komunikasi hanya satu arah yaitu antara guru ke siswa
dengan membelajarkan melalui pendekatan ekspositori yang merupakan andalan
dalam metode pembelajaran. Interaksi pembelajaran guru-siswa semacam ini sudah
berlangsung lama yang berdampak verbalisme semakin merajalela. Pembelajaran
seperti ini masih bersifat konvensional karena keterlibatan guru dengan siswa
dalam suatu ruang kelas dalam bentuk tatap muka langsung sesuatu yang amat
penting. Hingga Mochtar Buchori (2000) telah mengkritik kondisi pendidikan di
Indonesia yang telah merampas kreativitas dan daya tarik siswa, sekolah
cenderung kurang terarah dikarenakan kurikulum yang tidak serasi, malahan
sekolah cenderung bersifat menunggu perkembangan.
Seiring
dengan perkembangan teknologi terutama kemajuan teknologi komunikasi yang
menyebabkan sistim penyampaian materi pelajaran dapat dilakukan tanpa harus tatap
muka antara guru dengan siswa, akan tetapi bentuk belajar yang terpisah antara
guru dengan siswa tetapi dilakukan bersamaan, itulah pembelajaran jarak jauh
(distance learning), seperti tutorial computer based, teleconfrence,
correspondence cources, we based training dan e-learning. Perkembangan
teknologi pembelajaran seperti ini memunculkan pembelajaran berbasis komputer,
yang menyajikan kemasan bahan pembelajaran dalam bentuk hypermedia dan tidak
terkecuali pembelajaran melalui internet seperti electronic mail.
Kondisi
ini dalam pembelajaran sangat menguntungkan terutama peserta didik akan terangsang
untuk belajar, terjadi keaktipan belajar siswa, malahan siswa akan belajar lebih
kreatif karena sumber belajar sangat bervariasi.
1)
Hakikat Kemasan Bahan Belajar melalui
Teknologi Informasi
Secara
singkat, bahan belajar dapat diterjemahkan sebagai seperangkat material yang
digunakan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Hamalik (1995) menempatkan
bahan belajar sebagai bagian dari unsur-unsur dinamis dalam proses belajar
disamping motivasi siswa, alat bantu belajar, suasana belajar dan kondisi
subjek belajar. Bahan belajar menurut Hamalik, merupakan unsur belajar yang
penting diperhatikan oleh guru. Melalui bahan tersebut, siswa dapat mempelajari
hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Untuk itu,
penentuan bahan belajar harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai apakah
berupa pengetahuan, keterampilan, sikap atau pengalaman lainnya. Pada proses
pembelajaran di sekolah, bahan-bahan belajar ini biasanya sudah digariskan
dalam GBBP atau silabus.
1.
Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Istilah
TI (Teknologi Informasi) lahir pada abad ke duapuluh yang diawali dengan terbentuknya
masyarakat informasi. Istilah TI yang menggunakan kata informasi, pada dasarnya
sangat berkaitan dengan istilah TK (Teknologi Komunikasi) yang dikenal lebih dulu.
Kita melihat ada teknologi komunikasi yang berfungsi untuk menyalurkan informasi,
ada teknologi komunikasi yang berfungsi sebagai pengolah informasi dan ada juga
teknologi komunikasi yang berfungsi sebgai penyimpan dan pengolah informasi. Fungsinya
yang terakhir inilah menyebabkan kemudian ada orang yang menyebutkan teknologi
komunikasi sebgai teknologi informasi.
Menurut
Richard Weiner dalam Webster,s New World Dictionary and Communications
disebutkaaan bahwa teknologi informasi adalah pemrosesan, pengolahan dan
penyebaran data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi
lebih kepada pengerjaan terhadap data. TI menitikberatkan perhatiannya kepada
bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan computer dan
telekomunikasi.
Dengan
demikian semakin jelas bahwa kelahiran istilah TI didasari perkembangan teknologi
pengolahan data. Bila teknologi komunikasi merupakan alat untuk menambah kemampuan
orang berkomunikasi, maka teknologi informasi adalah pengerjaan data oleh komputer
dan telekomunikasi.
Pemisahan
istilah ini secara moderat ditunjukkan oleh organisasi sarjana komunikasi internasional
(International Communication Associaton) yang mengelompokan sarjana komunikasi
yang menekuni bidang teknologi komunikasi dalam divisi “ Communication and
Technology”, sedangkan sarjana komunikasi yang menekuni teknologi informasi dikelompokkan
kedalam divisi “Sistem Informasi”. (Abrar, 2001).
Dalam
konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkum semua aspek yang berhubungan
dengan mesin (komputer dan telekomunikasi). Berkaitan dengan aspek kemasan
(package), maka informasi yang diolah dan disampaikan oleh komputer untuk kepentingan
belajar inilah yang dikemas melalui sebuah proses pengemasan.
2.
Pengembangan Bahan Pembelajaran
Bahan
ajar atau learning materials merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung
digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,
bahan ajar yang lazimnya berisikan tentang semua cakupan materi dari semua mata
pelajaran. Bahannya sendiri merupakan media atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, bisa berupa pesan visual, audio maupun
pesan audio visual. Secara umum media dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan, dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu bahan ajar yang tercetak (printed
materials) dan bahan ajar yang tidak tercetak (non printed materials).
Dalam
hal ini, bahan ajar dapat dikembangkan sebagai bahan ajar yang diproyeksikan sebagai
bahan ajar kategori pertama (printed materials), walaupun bahan belajar itu
akan dikembangkan sebagai bahan belajar ditransfer untuk kepentingan
pembelajaran melalui internet atau e-learning. Bahan ajar termasuk pada
kategori instrumental input, yang berperan sebagai penopang dan merupakan sub
sistem bagi implementasi kegiatan pembelajaran. Bahan ajar ini tidak hanya
digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar, akan tetapi harus dapat digunakan
untuk kegiatan pembelajaran siswa secara individual. Siswa dalam hal ini dapat
mempelajari tujuan pembelajaran, materi pelajaran, dan menilai ketercapaian
atau keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Bahan
ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum suatu mata pelajaran, digunakan
sebagai sumber utama pembelajaran seperti buku teks, ataupun bahan ajar yang
sifatnya penunjang untuk kepentingan pengayaan atau bahan ajar yang berkatagori
suplemen (penunjang). Bahan ajar sebagai sumber utama, siswa tidak perlu
bersusah payah untuk mencari sumber lain, mereka cukup mempelajari bahan ajar
utama dengan teliti. Penggunaan bahan ajar berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajar bisa dibagi kedalam dua kategori, yaitu katagori bahan ajar yang
digunakan dalam KBM dengan bimbingan lansung dari guru, seperti penggunaan buku
teks sebagai bahan tatap muka.
Kedua,
bahan ajar yang digunakan siswa untuk belajar mandiri(individual study) tanpa bantuan
guru, misalkan penggunaan modul atau bahan ajar lainnya yang dirancang secara khusus
seperi BBM (Bahan Belajar Mandiri). Bahan pembelajaran dapat
dikatagorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bahan tercetak dan kelompok
ban non cetak. Yang termasuk bahan tercetak antara lain berupa buku, modul, paket
berprograma, komik, cergam, poster, dan leaflet, sedangkan yang termasuk pada
bahan ajar non cetak seperti: kaset audio, kaset video, vcd dan film. Karakteristik
bahan pembelajaran cetak adalah: 1) Bahan ajar yang ditujukan untuk kepentingan
kurikuler, instruksional, dan pengembangan ilmu, 2) Bahan ajar juga mengakomodasikan
sumber-sumber daya (potensi) daerah tanpa mengabaikan poin terdahulu, 3) Bahan
ajar yang mengoptimalkan pembelajaran mandiri, khususnya siswa, 4) Bahan ajar
dapat memberikan pengayaan, khususnya bagi kegiatan belajar siswa, melalui
pemberian tugas, dan rujukan sumber lain yang disarankan, dan 5) Bahan ajar yang
dikembangkan adalah bahan ajar yang pembaca utamanya siswa.
2)
Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
a.
Persiapan
Untuk
menyusun suatu bahan ajar ada beberapa hal yang perlu disiapkan, khususnya yang
berkaitan dengan kurikulum/GBPP, materi bahan ajar, dan sumber-sumber lain yang
sekiranya akan diperlukan dalam penulisan bahan ajar, seperti: photo, gambar, bagan,
atau yang lainnya. Langkah pertama yang perlu disiapkan dan dipelajari tatkala
akan menyusun bahan ajar adalah kurikulum/GBPP dari suatu bidang studi/mata
pelajaran yang akan disusun bahan ajarnya. Kurikulum digunakan sebagai acuan,
baik yang berkaitan dengan tujuan mata pelajaran, tujuan setiap topik (TPU),
struktur materi bahan ajar, rancangan strategi/metode, dan pengembangan untuk
kegiatan evaluasi.
Setelah
kurikulum/GBPP di atas dipahami, langkah selanjutnya adalah mempelajari struktur
materi dari bahan ajar yang dikembangkan, yakni terkait dengan scope dan sequence.
Kedua hal ini harus dikembangkan sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek-aspek
metodologis dan psikologis anak didik.
Langkah
terakhir pada tahap persiapan ini adalah mengumpulkan berbagai sumber yang diperlukan,
baik yang terkait dengan buku-buku, jurnal, makalah, dan bahan-bahan lain yang
akan digunakan sebagai pelengkap bagi penulisan bahan ajar selanjutnya.
b.
Penulisan Draft Bahan Ajar
Setelah
bahan ajar disusun dan dikembangkan dengan menggunakan model tertentu, tahapan
selanjutnya adalah diskusi isi draft bahan ajar. Diskusi dapat dilakukan
melalui fokus group discussion (FGD) dalam KKG maupun MGMP dengan melibatkan
beberapa ahli terkait, yaitu: ahli materi, ahli bahasa, dan ahli kurikulum.
Bahan ajar yang telah didiskusikan dan telah mendapat berbagai masukan dari
para ahli, kemudian direvisi sesuai dengan masukan yang ada.
c.
Penyelesaian
Tahapan
akhir dari kajian draft bahan ajar, adalah memperhatikan aspek kebahasaan, keterbacaan
(readibility study), kosa kata yang digunakan termasuk tingkat kesulitan bahasa
dikaitkan dengan pengguna utama (target audience). Kemudian kelengkapan bahan
penunjang lainnya seperti gambar, tabel, dsb.
3)
Pengemasan Bahan Pembelajaran
Secara
leksikal, kata “kemasan” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “package” yang
berarti “bungkus”, “pak” atau “paket”. Sedangkan kata”pengemasan” merupakan terjemahan
dari kata “packaging” yang berarti mengepak atau membungkus. Dengan demikian
kemasan dapat diartikan sebagai produk yang dihasilkan oleh kegiatan atau proses
pengemasan yaitu proses desain dan pembuatan kemasan untuk barang eceran. Pengemasan
diterapkan sama untuk semua produk konsumsi dan produk industrial.
Ada
dua alasan utama yang berkaitan dengan fungsi kemasan, yang pertama adalah adanya
suatu peradaban yang lebih kompleks dan standar kehidupan yang lebih tinggi yang
menjadikan sebuah produk perlu untuk memiliki kemasan yang lebih rapih dalam pengertian
fungsional.Yang kedua, kemasan menjadi suatu bagian penting dari proses penjualan
atau pendistribusian berkaitan dengan minat pengguna untuk membeli atau menggunakan
produk tersebut.
Sebuah
kemasan yang baik tidak akan menjual apapun jika konsep pengemasannya tidak
tepat walaupun tidak berarti menjual produk yang buruk. Sedangkan sebuah kemasan
yang buruk bisa memberikan citra yang jelek terhadap suatu produk yang sangat baik,
bagaimanapun baiknya pemikiran dan konsep pengemasannya. Jika pengemasan akan
digunakan semaksimal mungkin dalam proses pemasaran, kemasan harus langsung menampilkan
sejumlah fungsi vital, kemasan harus melindungi produk dan menjaganya tetap
dalam kondisi yang baik, memberi kesan mudah difungsikan, mudah didistribusikan
secara ekonomis, efektif biayanya dan memiliki daya jual.
Berdasarkan
konsep kemasan dan pengemasan di atas, maka dapat dipahami bahwa aspek kemasan
merupakan bagian dari proses perancangan (desain) yang berkaitan dengan fungsi
dan penampilansebuah produk. Adapun produk yang dimaksud adalah bahan belajar
melalui teknologi informasi. Dengan demikian bahan belajar (produk) yang dimaksud
harus memenuhi persyaratan terlindungi dan terjaga dalam kondisi yang baik, memberi
kesan mudah difungsikan, mudah didistribusikan secara ekonomis, efektif biayanya
dan memiliki daya jual.
4)
Kawasan Teknologi Pembelajaran
Berbagai
pendekatan dapat digunakan oleh seorang perancang kemasan bahan belajar, salah
satunya adalah dengan menggunakan kawasan teknologi pembelajaran. Dalam kawasan
teknologi pembelajaran terdapat lima kawasan yang didasarinya, dimana para
peneliti dapat berkonsentrasi pada satu bidang kawasan. Walaupun demikian
karena hubungan ini bersifat sinergistik, maka peneliti dapat memfokuskan diri
pada satu kawasan atau cakupan dalam kawasan tertentu dan menarik manfaat teori
dan praktik dari kawasan yang lainnya. (Seels, 1994).
Kawasan
–kawasan yang dimaksud adalah kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan
pemanfaatan, kawasan pengelolaan dan kawasan penilaian. Hubungan dari masing-masing
kawasan dengan kawasan teknologi pembelajaran sebagai kawasan utama dapat
digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
KAWASAN TEKNOLOGI
PEMBELAJARAN
a.
Kawasan Desain
Kawasan
ini seringkali membatasi pada fungsi perencanaan, baik pada tingkat makro dan
mikro. Dalam hal penggunaan teknologi, penelitian dan teori desain seringkali
mengikuti eksplorasi praktisi mengenai kemuskilan dan kemampuan perangkat keras
atau perangkat lunak yang baru. Secara umum desain dalam kawasan teknologi pembelajaran
adalah untuk menentukan kondisi belajar. Tujuannya untuk menciptakan strategi
produk pada tingkat makro (Program dan kurikulum) dan mikro (pelajaran dan modul).
Kawasan
desain setidaknya meliputi empat cakupan teori dan praktek. Kawasan desain
meliputi studi mengenai desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran
dan karakteristik pembelajaran.
b.
Kawasan Pengembangan
Kawasan
pengembangan berakar dari persoalan produksi media. Pengembangan yang dimaksud
adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan
ini mencakup berbagai variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran dan
tidak hanya terdiri dari perangkat keras pembelajaran melainkan juga perangkat lunaknya.
Kawasan
pengembangan pada dasarnya dapat dijelaskan dengan adanya pesan yang didorong
oleh isi, strategi pembelajaran yang didorong oleh teori dan manifestasi fisik
dari teknologi (perangkat keras dan lunak serta bahan pembelajaran). Dengan demikian
teknologi merupakan tenaga penggerak dari kawasan pengembangan yang dapat
diorganisasikan dalam empat kategori yaitu teknologi cetak, teknologi
audiovisual, teknologi berazaskan komputer dan teknologi terpadu.
c.
Kawasan pemanfaatan
Kawasan
pemanfaatan merupakan kawasan tertua dari kawasan teknologi pembelajaran.
Kawasan ini berasal dari gerakan pendidikan visual (visual education movement)
dengan didirikannya museum-museum sekolah. Salah satu bentuk konkritnya adalah
mempersiapkan pameran untuk tujuan pembelajaran.
Fungsi
kawasan ini sedemikian penting karena membicarakan kaitan antara pebelajar
dengan bahan atau sistem pembelajaran.Fungsi ini sangat kritis karena pemanfaatan
oleh pebelajar merupakan satu-satunya alasan dari bahan pembelajaran.
Mengapa
harus bersusah payah dengan pengadaan dan pembuatan bahan pembelajaran jika
tidak digunakan atau tidak dapat dimanfaatkan. Empat kategori dalam kawasan pemanfaatan
ini adalah: pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan institusionalisasi
(pelembagaan) serta kebijakan regulasi.
d.
Kawasan Pengelolaan
Kawasan
ini meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian,
pengkordinasian dan supervisi. Kompleksitas pengelolaan berbagai macam sumber,
personel, usaha desain maupun pengembangan akan semakin meningkat dengan
membesarnya usaha dari sebuah institusi pendidikan.
Secara
singkat ada empat kategori dalam kawasan pengelolaan yaitu: pengelolaan proyek,
pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian dan pengelolaan informasi.
e.
Kawasan Penilaian
Kawasan
ini adalah kawasan dimana terjadi proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran
dan pembelajar. Penilaian dimulai dengan analisis masalah sebagai langkah awal
yang penting dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran, karena tujuan dan hambatan
dijelaskan dalam langkah ini. Penilaian sebagai komponen terakhir dalam
pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran telah
tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum
tercapai. Melalui pendekatan pembelajaran elearning, kegiatan evaluasi untuk
mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat
dan mengikuti suruhan-suruhan yang berada pada halam web. Bisa berupa
pertanyaan, tugas-tugas dan latihan yang harus dikerjakan siswa.
IV.
Pengembangan Inovasi
Pembelajaran Akibat Perkembangan IPTEK
Dari
penjelasan sebelumnya, dapat diambil beberapa model pengembangan inovasi desain
pembelajaran akibat perkembangan IPTEK:
1.
Pengemasan media pembelajaran melalui
pembuatan power point (bahan ajar non cetak) dalam layanan Bimbingan &
Konseling. Iptek yang makin berkembang sangat memungkinkan Guru untuk lebih
kreatif dalam menarik perhatian siswa dengan menggunakan Web Enhanced Course
(Haughey, 1998), salah satunya dengan pemberian motivasi sesuai teori Gestalt
yakni “dia tidak melihat bisul hidungnya sendiri” (Perls 1996a, dalam Theory
and Practice of Counseling and Phychotheraphy, 2010. Corey:hal: 125). Terapi
Gestalt berhubungan dengan hal yang jelas dan orang yang neurotic tidak mampu
melihat hal yang jelas. Dalam pelayanan BK penerapan terapi yang sederhana
seperti ini belum dilaksanakan sepenuhnya, penulis menyadari itu dan mencoba
menciptakan sebuah inovasi pembuatan media dengan memanfaatkan perkembangan
IPTEK. Inovasi ini telah dilaksanakan dan Alhamdulillah berhasil dalam artian
mampu menarik perhatian siswa baik untuk kesadaran diri dan dapat menimbulkan
motivasi dalam mecapai cita-cita.
2.
Pemberian tugas kepada siswa untuk
mengunggah materi melalui internet, setelah menunjukkan cara penggunaan dan
pemberian arahan serta bimbingan dalam penggunaan internet yang positif juga
sesuai. Inovasi pembelajaran ini dapat memanfaatkan situs Goegle, pengembangan
inovasi ini berlandas pada Web Enhanced Course (Haughey, 1998).
3.
Penggunaan kalkulator untuk mempermudah
proses pembelajaran, dalam hal ini handphone bisa dimanfaatkan. Aplikasi
handphone/ telvon genggam berupa alat hitung sudah tersedia, sehingga
pengembangan inovasi pebelajaran dapat terlaksanakan dengan mudah dan terarah.
4.
Pembuatan aplikasi latihan melalui
computer yang langsung dilihat oleh siswa sendiri analisis jumlah jawaban
salah/ benarnya disertai dengan hasil/ nilai yang didapatkan. Hamzah B. uno
dan Nina Lamatenggo (2011: 57) mengemukakan bahwa teknologi informasi adalah
suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data. Inovasi pembelajaran
memberikan pengaruh positif siswa dalam menyadari pentingnya belajar dengan
sungguh-sungguh. Inovasi latihan digital ini menggunakan teknik Sequential
Model.
5.
Penggunaan e-learning untuk pembelajaran
jarak jauh, inovasi pembelajaran ini bisa menggunakan computer atau handphone
melalui situs medsos facebook, whats up, bbm, instagram, imo, twiter, line dan
aplikasi handphone lainnya.
6.
Penggunaan alat pertanian untuk siswa
jurusan pertanian, yang dulunya menggunakan sapi untuk membajak sawah sekarang
bisa menggunakan mesin pembajak sawah. Atau pemanenan padi yang tadinya
menggunakan tenaga manusia sekarang sudah bisa menggunakan mesin untuk panen. Inovasi
dalam pembelajaran seperti ini bisa menghasilkan suatu bahan ajar untuk guru
dan hand out bagi BBM siswa melalui mencari dan memanfaatkan berbagai situs
internet dengan mudah.
7.
Inovasi pembelajaran dalam teknik
otomotif dalam permesinan, kalau dulu siswa hanya menggunakan alat-alat
sederhana sekarang mereka bisa menggunakan alat modern seperti dalam
penggantian suara motor, penggantian ban besar, pengubahan kecepatan, dan
sebagainya hanya dengan melihat youtube. Satu hal yang sangat dominan di dunia
informasi adalah bahwa keberhasilan seseorang ditentukann pada knowledge yang dihasilkan
oleh orang tersebut (Hamzah Uno dan Nina Lamatenggo, 2010 :6).
8.
Inovasi pembelajaran dalam metode penugasan
pelajaran kimia materi larutan, siswa bisa melihat dengan bebas di youtube cara-cara
pencampurannya. Sehingga siswa dapat memahami larutan homogen, heterogen, yang
beraliran listrik atau tidak, hingga larutan pendispersi dan sebagainya. Dengan
inovasi pembelajaran melalui penggunaan internet siswa bisa memahami karna
melakukan dengan pengalan serta kemauan sendiri. Hal ini beekaitan dengan
pemilihan metode dalam pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru, yang
dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Uno Hamzah, 2007).
9.
Penggunaan mikroskop cahaya, neraca
dalam belajar kelompok, yang sebelumnya siswa ditugaskan untuk mencari dan
menemukan materi tentang mikroskop cahaya. Hamzah Uno dan Nina Lamatenggo
(h.7-8) mengungkapkan bahwa knowledge akan diperoleh dengan mudah melalui
website, diskusi di mailing list, dan chating.
10.
Penggunaan alat music untuk pelajaran
kesenian, gitar, drama, vokalia dan drum, inovasi pembelajaran ini dari yang
sederhana hingga penggunaan alat music listrik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik
(1995) bahwa menempatkan bahan belajar sebagai bagian dari unsur-unsur dinamis
dalam proses belajar disamping motivasi siswa, alat bantu belajar, suasana
belajar dan kondisi subjek belajar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dikaitkan
dengan tuntutan masa depan yang bukan hanya bersifat kompetitif tapi juga
sangat terkait dengan berbagai kemajuan teknologi dan informasi maka kualitas sistem
pembelajaran yang dikembangkan harus mampu secara cepat memperbaiki berbagai
kelemahan yang ada. Salah satu cara yang dapat dikembangkan adalah mengubah
sistem pembelajaran konvensional dengan sistem pembelajaran yang lebih efektif
dan efesien dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Pembelajaran dengan
memanfaatkan sarana teknologi informasi melalui jaringan internet merupakan salah
satu alternatif yang tepat dan dapat mengatasi berbagai persoalan pembelajaran,
walaupun sistem pendidikan di Indonesia keberadaannya sangat hetrogen karena terbentur
masalah letak geografis yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan teknologi
informasi.
Electronic
Learning (E.Learning) pada hakekatnya adalah belajar atau pembelajaran melalui
pemanfaatan teknologi komputer atau internet. Teknologi belajar seperti itu
dapat juga disebut pembelajaran berbasis web (Web Based Instruction). Dalam
pengembangan inovasi pembelajaran seiring dengan akibat perkembangan Iptek yang
kian maju entah itu dilihat dari teori ataupun penggunaan handphone, computer,
bahan ajar untuk siswa yang notabenenya dari generasi digital natives, yang
bertempat tinggal dimanapun dengan kondisi apa saja, serta berlatar belakang
dimensi cultural, budaya dan psikologis yang berbeda sekalipun tidak akan
terlepas dari kata pemanfaatan internet dari situs web manapun.
B. SARAN
Kita
harus menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi telah memasuki berbagai
sendi kehidupan, termasuk dunia pendidikan lebih khususnya pembelajaran telah
diintervensi oleh keberadaan teknologi ini. Seiring dengan perkembangan
aplikasi teknologi informasi dalam dunia pendidikan, maka berbagai bahan
belajarpun telah diproduksi dan dikonsumsi oleh pembelajar melalui medium
teknologi informasi dalam bentuk kemasan yang sangat bervariasi. Berbeda dengan
proses pembelajaran tradisional yang mengandalkan guru sebagai sumber belajar
yang pertama dan utama sedangkan sumber lain hanyalah pelengkap untuk kegiatan
pembelajaran yang biasanya sudah digariskan dalam Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP). Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, mohon
kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
(2007) Modul: Pembelajaran Inovatif dan Partisipatif. Dit. Ketenagaan Dikti
Depdiknas:
Jakarta.
Anonim.
”Kreatif
dan Inovatif”. http://www.wikipedia.co.id. Diunduh tanggal 21 Maret
2010.
Fraser,
B.J. And Walberg, H.J. (1995) Improving
sciense education. Chicago : The
National
Society for The Study of Education.
Rogers,
Diffusion
and innovation, New York; New Jersey
Uno Hamzah,
(2007) Model Pembelajaran: menciptakan proses belajar mengajar yang
kreatif
dan efektif. Bumi Aksara: Jakarta.
Uno Hamzah,
(2007) Perencanaan Pembelajaran, Bumi Aksara: Jakarta.
Uno Hamzah,
(2007) Profesi Kependidikan, Bumi Aksara: Jakarta.
Uno Hamzah,
(2010) Teknologi komunikasi dan informasi pembelajaran, Bumi Aksara:
Jakarta.
Uno Hamzah,
(2014) Variabel penelitian pendidikaan dan pembelajaran, Bumi Aksara:
Jakarta.
Tanadi
Santoso. Berfikir Kreatif dan Inovatif. http://www.tanadisantoso.com.
Diunduh
tanggal
22 Maret 2010.
Saputra, Husain. 2014. Inovasi Belajar dengan Pendekatan
Pailkem. Tersedia di http://www.husainsaputra.wordpress.com/2014/01/05/inovasi-belajar-dengan-pendekatan-pailkem/
[8 Desember2015].
Uno,Hamzah Bdan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran
PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Ali,Muhammad (2002). Guru
dalam proses belajar mengajar. Sinar Baru Algesindo : Bandung.
Arikunto Suharsimi, (2005), Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara Jakarta.
Bahri,Saiful, (2006), Strategi
Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
Djahiri,Kosasih (1990), Teori
Ketrampilan Belajar dan Mengajar Menuju Guru Inkuiri yang Reaktif Kamus besar
Bahasa Indonesia (2008). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Makmun,Abin Syamsudin (2004). Kurikulum
dan Pembelajaran. PT bumi Aksara Jakarta.
Nasution, (2005). Teknologi
Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Riva,I Ahmad, (2003).Teknologi
Pengajaran. Algesindo Bandung.
Rusyan, A Trabani (2003). Pedoman
Mengajar Kewarganegaraan untuk sekolah Dasar Intimedia Jakarta.
Sadiman, Arif S. dkk (2005). Media
Pendidikan. Raja Grafindo, Jakarta.
Sagala Saiful (2005), Konsep
dan Makna Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.
Sanjaya,Wina (2006), Strategi
Pembelajaran. Kencana Jakarta.
Sudjana,Nana, dkk (2002). Media
Pengajaran. Sinar Baru Algesindo Bandung.
Sudjana,Nana ( 2000). Metode
Statistika. Tarsito Bandung.
Sudjana,nana (2001). Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sudirman dkk (2005). Ilmu
Pendidikan. Rosdakarya Bandung.
Sumarsono dkk, (2005). Pendidikan
Kewarganegaran. Gramedia , Jakarta
Surakhmad Winarno, (2002), Pengantar
penilaian Ilmiah, Dasar metode Tehnik, Tarsito, Bandung.
Usman,M
Uzer (2005). Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya Bandung.
Boettcher Judith
V. (l999). Faculty Guide for Moving Teaching and Learning to the
Web. USA: Leage for
Innovation in the Community College.
Cronin Mary J.
(1996). The Internet Strategy Hanbook: Lessons from the New Frontier
Business. USA:
Library of Congress.
Coburn, P.,et
al. (1985). Practical Guide to Computer in Education. California:
Addison-Wisley
Publication C ompany Inc.
Departemen
Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Umum Pelaksanaan Pendidikan
Berbasis
Keterampilan Hidup (Life Skill) Melalui Pendidikan Broad Based
Education Dalam
Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Jakarta: Ditjen PLS
dan Pemuda.
Hardjito.
(2001). Pola Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan
Internet: Studi
Survai Motif Pemanfaatan Internet Siswa SMU dan SMK DKI
Jakarta. Tesis.
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Heinich Robert.
(1996). Instructional Media and Technologies for Learning. New
Jersey:
Prentice-Hall Inc..
Kasali Rhenald.
(1999). Membidik Pasar Indonesia. Segmentasi, Targeting dan
Postioning. Cetakan ketiga.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nina W. Syam.
2004. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan.
Makalah. Disajikan pada
Diskusi Panel. UPI Bandung.
Oos Anwar, 2003.
Internet: Peluang dan tantangan Pendidikan Nasional Jurnal teknodik,
Jakarta Pusat
Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Depniknas.
Porbowono, 1996.
Internet
untuk dunia Pendidikan. Makalah,
Bandung: Institut
Teknologi
Bandung.
Rahmi, Rivalina.
2004. Pola Pencarian Informasi di Internet. Jurnal Teknodik Jakarta
:
Pusat Teknologi
Komunikasi dan Informasi Pendidikan, Depniknas.
Vriens, Dirk
2004. Information and Communication Technology for Competitive
Intellegence University of Nijmegen the Netherlands: Idea
group Publishing.
Uno
Hamzah & Nina Lamatenggo. 2010. Teknologi
Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.