Saturday, July 29, 2017

FILOSOFI KENAPA CINCIN PERNIKAHAN DIPASANG DI JARI MANIS

Pernikahan adalah hal yang diwajibkan bagi umat muslim, bukan hanya itu moment ini juga sangat dinantikan oleh sebagian besar orang di dunia. Tak lepas dari upacara sakral, pemasangan cincin sebagai bukti pengikatan janji seringkali tak terlewatkan. Meski bukan keharusan, pemasangan cincin telah menjadi moment dalam sebuah pernikahan. Tapi apakah kita tahu, mengapa pemasangan cincin tersebut lumrah di jari manis tangan kita? kenapa bukan di jari ibu, jari telunjuk atau lainnya?? Ini filosofinya...
Coba ikuti kegiatan berikut:
1. Pertemukan semua jari kedua tangan anda, kecuali jari tengah dilipat menghadap diri kita sendiri, hal ini menandakan bahwa jari tengah adalah diri kita sendiri.
2. Coba gerakkan dengan arah berlawanan ibu jari yang bertemu, bisa dengan mudah kan? Hal ini menjelaskan bahwa ibu jari adalah lambang orang tua kita yang tidak selamanya bersama.
3. Gerakkan jari telunjuk dengan cara yang sama dengan point 2, bisa juga kan? Ini menunjukkan bahwa jari telunjuk adalah saudara kandung kita yang juga tidak bisa selamanya bersama karna masing2 akan mengejar cita2 dan kebahagiaannya masing2.
4. Sekarang coba gerakkan jari kelingking, bisa dengan mudah kan? Hal ini menggambarkan bahwa jari kelingking adalah anak kita yang juga nantinya akan berpisah.
5. Coba gerakkan jari manis dengan cara yang sama dengan sebelumnya, bisa? Susah untuk menggerakkan dengan arah berlawanan kan? Hal ini dapat menjelaskan bahwa pasangan hidup (Suami/Istri) kita adalah teman hidup dala suka, duka sehidup semati (semestinya).

Dari kegiatan tersebut, filosofi kenapa cincin pernikahan dipasang di jari manis adalah karena seharusnya sebuah pernikahan itu dapat dipertahankan untuk waktu yang sangat lama bahkan hingga maut memisahkan. Tapi seringkali upacara sakral pemasangan cincin hanya menjadi ajang pamer kemaslahatan duniawi saja, sementara filosofi bahkan aturan Agama yang seharusnya seringkali terabaikan. Pernikahan bukanlah sebuah permainan melainkan hadits dalam Agama Islam, dengan begitu bukan berarti juga kita harus bertahan jika ikatan tersebut hanya menghasilkan kesedihan bahkan berujung pada menyiksa diri sendiri. Karena itulah, pernikahan harusnya direncanakan baik2, kenali, terima yang baik, dan perbaiki yang kurang insya Allah karena Allah pernikahan menjadi hal yang sakinah, mawaddah, warahmah...

Friday, July 28, 2017

Masalah Rumah Tangga

Suatu ketika, seorang perempuan datang mengadu ke Konselor...
Perempuan : "Saya mau berpisah dengan suamiku, saya tidak tahan lagi.. !! (sambil menangis)
Konselor : "Sabar,, kalau boleh saya tahu kenapa sampai mengambil keputusan sejauh itu?"
Perempuan : "Dia tidak sayang saya lagi, dia sudah tidak memperhatikan saya lagi seperti dulu. Sepertinya dia sudah punya perempuan lain".
Konselor : "Ya sudah, pikirkan baik2 ya.."
Perempuan : "Saya sudah bertekad untuk berpisah dengan suami saya, saya benci dia, saya tidak mencintai dia lagi!!"
Konselor : "Okelah kalo itu keputusannya, kalau bisa kasih saran, kamu hiaslah diri. Perbaiki rambut, ikut perawatan kulit dan berpenampilanlah menarik. Berpikirlah selama satu bulan, jika memang harus berpisah. Selama sebulan itu tunjukkan ke suami, bahwa anda cantik dan berharga lebih dari siapapun dalam rumah tangga kalian".
Perempuan : "Hmp, baik.. Saya akan tunjukkan bahwa saya juga bisa menjadi cantik dan menarik seperti dulu. Saya akan buat dia menyesal telah menyepelehkan saya. Setelah itu, saya akan tinggalkan dia."
Konselor : "Bagus, kamu harus kuat ya. Jangan lupa kalau ada perubahan nanti hubungi dan khabari saya. Semoga berhasil.. "
Si perempuanpun pergi berlalu, dengan semangat memperbaiki dirinya dan membalas sakit hatinya....
... Seminggu kemudian.
Si Perempuan datang ke konselor, dengan penampilan dan perubahan yang baik.
Perempuan : "Saya berhasil,, "
Konselor : " Oh iya? Alhamdulillah..."
Perempuan : "Suami saya sekarang lebih memperhatikan saya, setiap pagi dia mengecup kening saya sebelum pergi kerja.."
Konselor : "Alhamdulillah, terus apa rencana selanjutnya?"
Perempuan : "Saya belum puas, saya masih ingin mempercantik dan memperbaiki diri hingga suami saya benar2 klepek dan mencintai saya seperti dulu lagi".
Konselor : "Terus?"
Perempuan : "Setelah dia benar2 kembali mencintai saya lagi, saya akan meninggalkan dia. Karna saya sudah membenci dia, dia pernah tidak memperhatikan saya lagi!! Dia akan menyesal!!"
Konselor : "Sabar, semoga rencananya berjalan lancar".
Si perempuan pun berlalu pergi...
Dua minggu kemudian....
Si perempuan tidak mengunjungi Konselor, dan Konselorpun mencoba menghubungi lewat telepon. Tapi sayangnya tidak diangkat, hingga tiga minggu kemudian....
Si perempuan menghubungi Konselor lewat telepon..
Perempuan : " Halo mbak, maaf baru memberi khabar.."
Konselor : "Oh iya, tidak apa2 yang penting sehat. oh iya, bagaimana rencananya? Berjalan lancar kan? Apa suaminya sudah bertekuk lutut? dan sudah kembali mencintai mba?"
Perempuan : "Iya mba, Alhamdulillah.. Dia sudah sangat mencintai dan memberikan perhatian sepenuhnya kepada saya, dia sudah jarang keluar rumah dan melihat perempuan lain selain saya."
Konselor : "Alhamdulillah,, Ya sudah, artinya sekarang rencana untuk meninggalkan suaminya sudah matang.."
Perempuan : "Tidak mbak, rencana saya berubah. Belakangan saya menyadari bahwa tidak ada yang terbaik selain suami saya, dia juga sangat menyayangi saya. Saya yang seringkali egois, memaksakan perasaan dan kecurigaan yang amat besar. Tapi karna itu saya menyadari bahwa saya tidak bisa kehilangan dia, dan diapun tidak akan mampu meninggalkan saya..."
Konselor : " Alhamdulillah.."

... Dan inilah yang sebenarnya diinginkan Konselor untuk tetap menyatukan rumah tangga dalam kemelut keegoisan yang kadang berujung hal yang semestinya tidak terjadi...

Friday, April 14, 2017

Tugas Individu

INOVASI PEMBELAJARAN AKIBAT PERKEMBANGAN IPTEK


global_teamwork_holding_hands_sm_wm.gif



















Disusun Oleh:
FREZY PAPUTUNGAN, S.Pd


S2 TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCASARJANA 2017
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Seperti yang kita ketahui, teknologi kini telah merembes dalam kehidupan, kebanyakan manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat martabat manusia. Perkembangan zaman berikutnya kemajuan teknologi semakin cepat seperti photografi, photocopy, cinemaphotografi, telegrafi, telephon, radio komunikasi, radar, dan berbagai macam digital computer elektronik. Teknologi ini berkembang ke berbagai bidang kehidupan seperti di took, di sekolah, perguruan tinggi, kantor bahkan ke rumah tangga.
Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK dalam rangka untuk mengolah SDA yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam pengembangan IPTEK harus didasarkan terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab, agar semua masyarakat mengecam IPTEK secara merata. Begitu juga diharapkan SDM nya bisa lebih baik lagi, apalagi banyak kemudahan yang kita dapatkan. Namun, berbanding terbalik dengan realita yang ada karena semakin canggih perkembangan teknologi, telah membuat masyarakat menjadi malas yang disebabkan oleh kemudahan-kemudahan yang ada tersebut.
Disatu sisi telah terjadi perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi, namun pelaksanaan pembangunan IPTEK masih belum merata. Masih banyak masyarakat kurang mampu yang putus harapannya untuk mendapatkan pengetahuan dan teknologi tersebut. Hal itu dikarenakan tingginya biaya pendidikan yang harus mereka tanggung. Maka dari itu, pemerintah perlu menyikapi dan menanggapi masalah-masalah tersebut, agar peranan IPTEK dapat bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang ada.
Kalaupun teknologi mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti teknologi sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan, oleh karena iptek tidak pernah bisa menjadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah manusia.


Hasil kemajuan teknologi memang dapat didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi jika salah menggunakannya dapat juga merugikan dan mencelakakan manusia. Kemajuan dan perubahan kehidupan social yang serba cepat ini merupakan tantangan atau masalah dalam bidang pendidikan.
Untuk menjawab tantangan atau memecahkan berbagai permasalahan tersebut perlu adanya sesuatu yang baru dalam bidang pendidikan yang dinamakan inovasi pendidikan. Suatu inovasi benar-benar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah pendidikan, jika inovasi itu dapat diterima dan diterapkan oleh para pelaksana kegiatan pendiidkan (pendidik). Oleh karena itu para pendidik perlu memahami tentang inovasi pendidikan baik mengenai pengertian, penyebaran, proses keputusan penerimaan atau penolakan, serta peran wahana pembaharu.

B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1.      Apakah makna inovasi pembelajaran?
2.      Bagaimanakah perkembangan IPTEK dalam pembelajaran?
3.      Bagaimana Inovasi Pembelajaran Akibat Perkembangan IPTEK?

C.      Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1.    Dapat mengetahui makna inovasi pembelajaran
2.    Mengetahui perkembangan IPTEK dalam pembelajaran
3.    Untuk mengetahui Inovasi Pembelajaran Akibat Perkembangan IPTEK.









BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Inovasi
Kata “innovation” (Bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala sesuatu yang baru atau pembaharuan. Kata innovation dalam bahasa Indonesia menjadi inovasi.
Inovasi (innovation) adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Inovasi sangat berkaitan erat dengan kreatifitas. Sumber Wikipedia mengartikan inovasi sebagai "proses” dan/ atau “hasil” pengembangan dan/atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk, proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (http:// www.wikipedia.go.id). Sedangkan Tanadi Santoso menyebut inovasi sebagai proses mengambil ide dan memprosesnya menjadi produk atau servis atau proses yang nyata (http://www.tanadisantoso.com).
Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah “an idea, practice, or object perceived as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/ dirasa baru oleh individu). Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang tetapi bagi sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Drucker inovasi adalah perubahan, ide atau gagasan yang mendorong seseorang sebagai penggunanya bekerja dan berkarya lebih baik dari yang sebelumnya. Roger menyatakan bahwa inovasi adalah suatu gagasan atau objek yang dianggap baru. Tantangan baru akan muncul seiring berkembangnya inovasi, hal tersebut merupakan imbas dari situasi baru yang berbeda dan membutuhkan penyesuaian diri.

Mengutip dari Supriyanto (2007) bahwa Inovasi dalam dunia pendidikan diarahkan untuk penigkatan mutu sekolah bahkan dalam skala besar digunakan intuk meningkatkan mutu pendidikan.
Peter Drucker mendefinisikan inovasi sebagai “sebuah perubahan yang menciptakan sebuah performansi dimensi yang baru”. Dalam pergolakan waktu saat ini, membawa perubahan tersebut adalah suatu tantangan yang besar. Inovasi tidak terjadi tanpa tantangan yang besar. Banyak orang lebih suka untuk melakukan hal-hal dengan cara yang biasa mereka lakukan dan perubahan tidak diperbolehkan. Banyak inovasi yang gagal. Namun bagaimana pun juga semua ide, pencapaian dan sistem inovatif sangat diperlukan jika kita ingin sukses secara personal dan profesional dalam menghadapi permasalahan.
Rogers mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut (Everett M rogers, 1983):
a)    Keuntungan relative, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungannya dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau factor status social, kesenangan, kepuasan, atau komponen yang sangat penting
b)   Kompatibel, ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
c)    Kompleksitas, ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penrima
d)   Trialabilitas, ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima
e)    Dapat diamati, ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi.
Inovasi sebagai suatu ide, gagasan, pralctek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi sehingga terjadi suatu perubahan.
Maka inovasi merupakan pikiran yang bercirikan hal baru maupun atau berupa produk dari suatu teknologi yang diterapkan oleh guru melalui tahapan tertentu, diyakini dan bertujuan untuk memecahkan persoalan yang timbul dalam suatu pembelajaran untuk dapat memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran itu sendiri, sehingga terjadi suatu perbaikan dalam wajah pendidikan dan hasil belajar.


Inovasi dalam dunia pendidikan yang dapat dilakukan oleh guru adalah :
1.        Manajemen pendidikan
2.        Metode pembelajaran
3.        Media pembelajaran
4.        Sumber belajar
5.        Pelatihan guru
6.        Implementasi kurikulum
7.        Rencana pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru merupakan faktor yang sangat penting yang harus melaksanakan inovasi, karena :
1.        Inovasi harus berlangsung di sekolah untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa.
2.        Unsur pokok dan ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru.
3.        Guru harus inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
4.        Inovasi pada intinya harus berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.
5.        Demi kepentingan siswa, maka kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkan guruharus mengacu pada kepentingan siswa.
6.        Berkembang atau tidaknya proses pembelajaran beragantung pada kreativitas guru dalam melakukan suatu inovasi.
Karena inovasi menjadi suatu keharusan bagi guru demi keberhasilan pembelajaran, maka guru harus memperoleh dan memahami informasi tentang suatu inovasi melalui berbagai sumber yang mendukung, sehingga guru dalam berinovasi dapat memenuhi kebutuhan siswa.






Saluran Komunikasi
Kondisi sebelumnya:
1.     Pengalaman
2.     Kebutuhan/ masalah
3.     Pentagon: 5. KonfirmasiPentagon: 3. KeputusanPentagon: 4. PenerapanPentagon: 2. BujukanPentagon: 1.PengetahuanKepekaan inovasi
4.     Norma sosial
 


Tetap menerima
Karakteristik                         karakteristik yang diamati               
Pengambilan keputusan                                                         1. Penerimaan  Terlambat menerima
                                                                                               
                                                                                                                                Berubah (menolak)
                                                                                                                                                                                                2. Penolakan

                                                                                                                                Tetap menolak
Bagan1. Model tahap-tahap proses keputusan Inovasi (Rogers, 1982).

Pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Implikasinya bahwa pembelajaran sebagai suatu proses harus dirancang, dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa.
Pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara aktif, efektif, dan inovatif. Pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks, artinya segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran harus merupakan sesuatu yang sangat berarti baik ucapan, pikiran maupun tindakan.






B.       Pembelajaran yang inovatif
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa serta tidak bermakna pengetahuan yang diperoleh siswa. Di samping itu, pengetahuan yang diperoleh siswa di dalam kelas cenderung artifisial (buatan atau tidak alami) dan seolah-oleh terpisah dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dialami siswa. (Uno dan Mohamad, 2011: 106).
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran dimana seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan juga mengemukakan gagasannya. Di samping aktif, pembelajaran juga harus menyenangkan. (Uno dan Mohamad, 2011: 106).
Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan erat dengan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajarnya. Keadaan yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup, jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh para siswa, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan dan menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa, maka ada beberapa model pembelajaran inovatif dan pendekatannya, yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu: (1) Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (2) Model Pembelajaran Group Investigation (GI); (3) Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM); (3) Model Pembelajaran Cooperatif Integrated reading and Composition (CIRC); (4) Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review); (Uno dan Mohamad, 2011: 106-107).
Pembelajaran inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar. Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa yang sedang belajar. Dalam strategi pembelajaran yang inovatif ini, guru tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui aktivitas belajar yang dibangun melalui aktivitas belajar yang dibangun melalui strategi ini, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang dia pelajari. (Uno dan Mohamad, 2011: 10).
Pembelajaran yang inovatif bagi guru dapat digunakan untuk menerapkan temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih lagi jika temuan itu merupakan temuan guru yang pernah ditemukan dalam penelitian tindakan kelas atau sejumlah pengalaman yang telah ditemukan selama menjadi guru. Melalui pembelajaran yang inovatif ini, siswa tidak akan buta tentang teknologi dan mereka bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada saat ini. Dengan demikian pembelajaran diwarnai hal-hal baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika pembelajaran inovatif ini berjalan baik di sekolah, maka dapat dipastikan bahwa semboyan sekolah sebagai pusat pengembangan kebudayaan benar-benar terwujud. (Uno dan Mohamad, 2011: 10).
Pembelajaran adalah inti dari pendidikan. Oleh karenanya pemecahan masalah pendidikan harus terfokus pada kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang baik menghendaki seluruh komponen pembelajaran harus baik dan terintegrasi dalam suatu sistem. Pencarian pendekatan atau strategi baru inilah yang menimbulkan terwujudnya berbagai macam inovasi dalam pembelajaran. Wujud, bentuk, dan upaya inovasi ini bermacam-macam namun semua memiliki tujuan umum yang sama yaitu terwujudnya suatu proses pembelajaran yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan kompetensi, kemampuan, ketrampilan, serta daya saing lulusan.
Inovasi bertujuan untuk melakukan perubahan dalam arah positif. Jika inovasi berhasil diadopsi, maka akan terjadi berbagai perubahan, pembaharuan, dan peningkatan kualitas dalam bidang pendidikan. Agar dapat melakukan inovasi dengan baik kita perlu memahami hubungan antara inovasi itu sendiri dengan hakekat perubahan yang tidak jarang harus berhadapan dengan berbagai kultur, praktik, dan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di masyarakat (Suyanto, 2003).
Inovasi, difusi dan difusi inovasi bukan merupakan sesuatu yang baru sehingga teramat mudah untuk difahami, namun demikian dalam melakukannya bukanlah perkara yang mudah. Suatu inovasi yang sifatnya membangun dan dirasakan amat perlu bukan merupakan jaminan untuk dapat ditindaklanjuti akibat penolakan-penolakan masyarakat. Pada awal diadakannya inovasi boleh jadi substansi inovasi itu sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Jika demikian innovator dapat memfasilitasi maupun memodifikasi praktik yang sudah ada. Namun apabila gagasan inovasi tersebut tidak sesuai dengan niali-nilai yang ada di masyarakat maka akan terjadi penolakan, dengan demikian perlu ada kreasi ulang dari pengembangan inovasi.
Dalam melakukan inovasi pembelajaran tentu tidak akan terlepas dari komponen-komponen pembelajaran itu sendiri, teori-teori pembelajaran, maupun kebijakan penerapan kurikulum yang berdampak pada orientasi pembelajaran. Apabila dilihat dari komponen-komponen pembelajaran, maka inovasi pembelajaran harus meliputi pertimbangan unsur: peserta didik, pengajar, materi dan bahan, media, sarana dan prasarana, biaya, dan hidden curriculum.
Pada dasarnya peserta didik tidak hanya belajar dari materi dan bahan ajar yang disampaikan oleh pengajar di dalam kelas. Keseluruhan lingkungan sekolah, interaksi antar peserta didik dan antar pengajar dengan peserta didik, budaya sekolah bahkan lingkungan tempat tinggal peserta didik amat sangat meempengaruhi proses pembelajaran. Inovasi dikatakan berhasil bila berdampak positif bagi proses pembelajaran peserta didik.



















C.    Perkembangan IPTEK dalam pembelajaran
Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ini memberikan berbagai banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak memperoleh fasilitas yang serba canggih. Anak-anak sekarang sejak dini sudah mengenal HP,Camera dan berbagai peralatan yang sangat jauh dengan jaman dahulu. Kemajuan yang demikian cepat juga ditengarai membawa dampak negatif seperti tersedianya informasi negatif melalui media masa dengan teknologi yang sulit untuk dihindari.
Berbagai kenyataan modernitas dan ketersediaan tersebut faktanya tidak sulit bahkan setiap hari disediakan baik oleh keluarga, masyarakat dan juga dunia informasi. Maraknya dunia periklanan memaksa informasi beredar lebih mudah, lebih seronok dan juga lebih merangsang rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba sebagai akibat publikasi yang memang dirancang secara apik oleh para ahli komunikasi dengan biaya yang mahal dan dengan dampak meluas dan mendalam. Dapat dikatakan informasi-informasi tersebut dapat lebih cepat hadir daripada sarapan pagi kita, atau lebih cepat disantap daripada nasehat orang tua. Informasi tersebut masuk melalui jendela-jendela ICT (information communication technology).
Jacob T (2006: 35) mengatakan berorientasi pengajaran sebaiknya ditujukan pada: Penguasaan bidang disiplin yang menjadi dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, penguasaan penyajian materi ilmu pengetahuan dan teknologi, dan penguasaan cara belajar yang tepat, sedangkan orientasi pendidikan ditujukan pada pembinaan sikap ilmiah, budi pekerti, sopan santun, Moral dan kepribadian.
Wina Sanjaya (2006: 98) mengemukakan bahwa pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu, dianggap sudah tidak sesuai dengan keahlian sekarang, alasan yang mendorong terjadinya perubahan paradigma Mengajar, siswa merupakan organisme yang sedang berkembang. Agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang optimal. Oleh karena itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang memungkinkan siswa dapat dengan mudah mendapatkan berbagai informasi, tugas dan tanggung jawab guru bukan semakin sempit justru semakin komplek. Guru bukan saja dituntut untuk lebih aktif mencari informasi yang dibutuhkan, akan tetapi ia mampu menyeleksi berbagai informasi, sehingga dapat menunjukan pada siswa informasi yang dianggap perlu dan penting untuk dijadikan sumber belajar.
Sehubungan dengan hal tersebut, guru mempunyai peranan penting dalam memilih dan menggunakan media yang canggih tersebut agar pengaruh negatifnya tidak sampai kepada siswa. Guru sebagai tenaga profesional dibidang pendidikan, disamping harus memahami hal-hal yang sifatnya teknis, terutama mengelola dan melaksanakan pembelajaran.
Sudirman (2001:61) mengatakan "guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar yaitu kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik dalam mengelola interaksi belajar mengajar" Kemampuan mengelola dan melaksanakan pembelajaran harus dimiliki guru untuk peserta didik. Sebagai konsekuensi guru harus mampu melaksanakan program pembelajaran.
Kemampuan tersebut merupakan salah satu kriteria keberhasilan guru termasuk dalam PPKn. Seperti yang dikemukakan oleh Rusyana (2003: 7) mengatakan sebagai berikut : bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membekali peserta didik dengan budi pekerti, pengetahuan, dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar sesama warga negara maupun antar warga negara dengan serta pendidikan pendahuluan bela negara agar warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Tidak bisa di pungkiri bahwa teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk menunjang proses belajar Siswa. Syaiful Bahri Djamarah (2006: 10) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Teknologi pendidikan merupakan pemikiran yang sitematis tentang pendidikan, yang akan dilakukan,yang dapat dilakukan dengan alat-alat komunikasi modern.
Nasution (2005.2) mengemukakan bahwa teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang dihasilkan khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan, seperti internet, tv, radio dan telepon genggam. Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya rnenuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis, Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia. Ringkas kata kemajuan IPTEK yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa IPTEK mendatangkan dampak negatif dan positif bagi manusia.
Ilmu pengetahuan adalah suatu institusi kebudayaan, suatu kegiatan manusia untuk mengetahui tentang dirinya dan alam sekitarnya dengan tujuan mengenal manusia sendiri, perubahan-perubahan yang dialaminya dan mencegahnya, mendorongnya atau mengarahkannya serta mengenali yang dekat dan jauh darinya, perubahan-perubahan lingkungan dan variasinya, memanfaatkannya, menghindari dan mengendalikannya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diartikan sebagai produk, bukan sebagai proses atau kegiatan. sebagai produk, tentu saja pemakaianya tergantung pada pemakai, semakin maju peradaban, makin besar peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan dalam banyak hal ia menggeser peranan takhayul, kekuatan supernatural dan pengetahuan tradisional suatu masyarakat.
Teknologi yang turnbuh subur sebagai media informasi dan ilmu pengetahuan serta mempunyai manfaat yang sangat besar terhadap pendidikan, salah satunya dengan adanya internet yang dijadikan alat bantu dalam pembelajaran Banyak Informasi yang berhubungan dengan materi pembelajaran disajikan dalam internet sehingga dengan mengakses internet, maka dapat membuka materi pelajaran yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Manfaat internet dapat digunakan dalam pembelajaran karena mempunyai Informasi yang bisa didapatkan seperti yang dikemukakan oleh Jack Febrian (2001. 24) yaitu basis data, kumpulan tulisan, citra atau gambar, rekaman suara, multimedia, aplikasi jaringan dan sebagainya.
Perkembangan IImu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan sosial dan kebudayaan umat manusia, yang meliputi beberapa aspek antara lain komunikasi. transportasi, mekanisasi industri, pertanian dan persenjataan, termasuk di dalamnya adalah pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di samping banyak menimbulkan perubahan dalam nilai-nilai, baik nilai social, budaya, spiritual, intelektual maupun material, aspirasi baru dan sikap hidup baru (sukmadinata, 2000:3). Hal-hal di atas menuntut perubahan pada system dan isi pendidikan yang diwujudkan dalam rekonstruksi kurikulum. Mengingat pendidikan bukan hanya mewariskan nilai-nilai dari hasil kebudayaan lama, tetapi juga mempersiapkan SDM unggul agar mampu hidup pada masa kini dan yang akan datang. Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai fungsi yang sangat besar terhadap pendidikan. Fungsi ilmu pengetahuan dan teknologi dikemukakan oleh Munir (2008:185) adalah sebagai berikut :
1.      Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai infrastruktur pembelajaran
2.      Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat yang bisa dijadikan sumber belajar
3.      Sebagai alat bantu dan fasiiitas pembelajaran
4.      Sebagai pendukung manajemen pembelajaran
5.      Memberikan ilustrasi berbagai fenomena ilmu pengetahuan untuk mempercepat penyerapan bahan ajar.
6.      Rasio antara pengajar dan peserta didik sebagai proses pemberian fasilitas.





















D.       Inovasi Pembelajaran Akibat Perkembangan IPTEK
I.          Konsep Pembelajaran Elektronik Learning
a)    Pengertian Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Istilah Teknologi Informasi lahir pada abad ke duapuluh yang diawali dengan terbentuknya masyarakat informasi. Istilah Teknologi Informasi yang menggunakan kata informasi, pada dasarnya sangat berkaitan dengan istilah TK (Teknologi Komunikasi) yang dikenal lebih dahulu. Kita melihat ada teknologi komunikasi yang berfungsi sebagai penyaluran informasi, ada juga teknologi informasi yang berfungsi sebagai penyimpan dan pengolah informasi. Fungsi yang terakhir inilah menyebabkan orang menyebutnya teknologi komunikasi sebagai teknologi informasi.
Menurut Richard Weiner dalam Websters New Word Dictionary and Communications disebutkan bahwa teknologi informasi adalah pemrosesan, pengolahan, dan penyebaran sata oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data. TI menitik beratkan perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan komputer dan telekomunikasi.
Dengan demikian semakin jelas bahwa kelahiran istilah TI didasari perkembangan teknologi pengolahan data. Apabila teknologi komunikasi merupakan alat untuk menambah kemampuan orang berkomunikasi, maka teknologi informasi adalah pengerjaan data oleh komputer dan telekomunikasi. Pemisahan istilah ini secara moderat ditunjukan oleh organisasi sarjana komunikasi internasional yang mengelompokan sarjana komunikasi yang menekuni bidang teknologi komunikasi dalam divisi “Communication and Technology”, sedangkan sarjana komunikasi yang menekuni teknologi informasi dikelompokkan kedalam devisi sistem informasi (Abrar, 2001).
Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkum semua aspek yang berhubungan dengan mesin komputer dan komunikasi dan teknik yang digunakan untuk menangkap, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menghantar dan mempersembahkan suatu bentuk informasi yang besar. Komputer yang mengendalikan semua bentuk idea dan informasi memainkan peranan yang sangat penting (Munir, 2004).
Pada awalnya teknologi informasi diartikan sebagai perangkat keras dan lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data (Alter dalam Syam, 2004). Namun dalam perkembangannya mendapat respon yang lebih luas, dimana teknologi informasi juga mencakup teknik komunikasi sebagai sarana untuk mengirim informasi.
Dengan demikian segala bentuk teknologi yang diimplementasikan untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk elektronik, software pemroses transaksi perangkat lunak untuk lembar kerja, peralatan komunikasi serta jaringan termasuk pada wilayah teknologi informasi. Everett M. Roger dalam Syam (2004) menempatkan teknologi informasi bukan hanya sebagai sarana fisik, namun dapat berfunsi sebagai yang meneruskan nilai-nilai sosial bagi para pemakainya. Terdapat beberapa pandangan yang mengarah kepada definisi E-Learning diantaranya:
1.        E-Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank of America Securities).
2.        E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja, terutama dapat terjadi dalam teknologi internet, tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan kerja stelit dan pemuasan digital
untuk keperluan pembelajaran (Ellit Tronsen).
3.        E-Learning adalah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain, mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran (Elliut Masie).
4.        E-Learning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet (Cisco System)
5.        E-Learning adalah dinamik, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi, individu, komprehensif (Greg Priest)
6.        E.Learning adalah pengiriman sesuatu melalui media elektronik termasuk internet, intranet, extranet, satelit broadcast, audio/video tape, televisi interaktif, dan cd-rom (Cornelia Weagen).
7.        E-Learning adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk membuat, mengirim, dan memfasilitasi pembelajaran (Robert Peterson dan Piper Jafray)
8.        E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja untuk pembelajaran dimanapun dan kapanpun (Arista Knowledge System).
Pada akhirnya Elektronik Learning dapat didifinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (siswa dengan sumber belajar (data base, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktivitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung (synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous).


1)      Hakikat Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi yang menyatukan kemajuan komputasi, televisi, radio, dan telepon menjadi satu kesatuan (terintegrasi) terbentuk sebagai suatu revoluasi informasi dan komunikasi global. Revolusi ini terwujud dari kemajuan teknologi di bidang computer pribadi, komunikasi data dan kompresi, bandwitdh, data stroge dan data acess, integrasi multimedia dan jaringan komputer. Teknologi Informasi dapat menjadi alat pendorong ke arah kemajuan bangsa. Salah satu dampak terbesar adalah perkembangan pembangunan di bidang pendidikan. Hal yang merupakan jembatan menuju bangsa yang maju di mana masyarakat dapat memiliki alat-alat yang membantu mereka mengembangkan usaha dan menikmati hasilnya secara mudah, murah dan merata. Sesuatu yang merupakan kerangka akses untuk semua orang dalam mengarungi abad 21 ini.
Teknologi Informasi dan komunikasi dapat membantu memberi perubahan besar di banyak negara. Dalam era global sekarang ini tidak ada lagi sekat dalam hal akses informasi sehingga semua lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri dalam segala aspek kehidupan. Tentunya kita sebagai masyarakat Indonesia tidak dapat menolak terhadap "booming' Teknologi Informasi dan komunikasi ini. Peranan dunia pendidikan menjadi pintu utama untuk menyaring, mentransfer dan memberikan constraints sehingga nilai-nilai tradisional yang positif tidak mudah terkikis bahkan kita berharap dapat bergabung secara sinergis. Tentunya tugas kita sernua untuk sama-sama berpikir mencari format terbaik bagaimana memanfaatkan dan mengevaluasi peranan Teknologi Informasi dan komunikasi dalarn meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air tercinta ini.
Kurun waktu yang relatif singkat semenjak Internet pertama kali terbuka penggunaannya untuk pemakaian umum pada tahun 1986, jaringan informasi dan komunikasi ini telah merambah dengan kecepatan luar biasa ke seluruh pelosok dunia tak terkecuali Indonesia. Menurut data terakhir, pada tahun 1999 lebih dari100 juta orang menggunakan Internet dan jumlah tersebut masih terus akan bertambah, seiring dengan bertambahnya kesadaran orang akan perlunya informasi dan semakin banyaknya kemudahan-kemudahan yang bisa didapat metalui Internet.
IDC memperkitrakan ada 196 juta pengguna internet di seluruh dunia sampai akhir tahun 1999, dan diramalkan akan menjadi 502 juta pengguna pada tahun 2003. Kegiatan berinternet akan bertambah dua kali lipat setiap 100 hari, dan diperkirakan pada tahun 2005 sebanyak 1 milliar penduduk dunia akan tergabung dan terhubung satu sama lain melalui jaringan Internet.
Perkembangan penggunaan Internet di Indonesia cukup mengesankan. Pusat Industri dan Perdagangan Lembaga Pengembangan Kewirausahaan Bina Mitra Sejahtera, melaporkan bahwa pada tahun 1995 ada sekitar 10.000 pengguna yang tersambung ke Internet, dan pada tahun 1997 angka itu menjadi 100.000. Kemudian menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun 2001 mencapai 2,4 juta orang. Angka tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan angka pada akhir tahun 200 sebesar 1,9 juta orang. Pengguna sebanyak 2,4 juta orang tersebut terdiri dari 550 ribu pengguna perumahan, 26 ribu pengguna perusahaan, 2000 sekolah dengan rata-rata 500 pengguna siswa persekolah, 500 perguruan tinggi dengan rata-rata 1000 mahasiswa per kampus dan 2500 warnet dengan rata-rata 100 orang pelanggan perwanet.
Kesadaran masyarakat baik dari kalangan content provider maupun khalayak pengguna juga cukup menggembirakan. Paling tidak pada saat ini ada lima situs di Indonesia yang membentuk komunitas pendidikan online yaitu supersiswa.com, sekolah 2000.orid, pendidikan.net, ksi.plasa.com, esensi.com, ayo.net.com, dan ub.net.id. Ketujuh situs tersebut tumbuh karena adanya kebutuhan khalayak akan adanya suatu layanan pendidikan melalui Internet, dan rupanya kebutuhan tersebut direspon secara positif oleh kalangan swasta, yang mendapat dukungan dari Departemen Pendidikan Nasional. Situs-situs khusus dalam bidang pendidikan diantaranya ialah situs Sekolah 2000 yang semula bernama SMU 2000, yang merupakan suatu situs pendidikan terbesar yang tumbuh daril inisiatif APJII (Asosiasi Pengusaha Jaringan Internet Indonesia) yang kemudian mendapatkan dukungan dari Depdiknas dan pihak swasta lain seperti produsen komputer dll. Dengan dukungan Depdiknas tersebut kini Sekolah 2000 berhasil membentuk komunitas pendidikan yang memiliki anggota 404 sekolah SLTP, SMU dan SMK Negeri maupun swasta yang tersebar di 20 propinsi (Sekolah 2000.or.id, Mei, 2001).
Semakin bertambahnya sekolah yang tergabung dalam. kamunitas pendidikan, semakin bertambahnya jumlah warnet-warnet, dan seiring dengan bertambahnya rumah tangga yang memiliki kornputer yang terhubung ke Internet, maka kesempatan bagi siswa untuk memanfaatkan Internet juga semakin tinggi. Dengan demikian bisa diasumsikan pula bahwa peluang memanfaatkan internet untuk keperluan pendidikan atau secara lebih khusus lagi untuk keperluan pembefajaran di lingkungan sekolah di Indonesia menjadi hal yang sangat mungkin dan layak untuk dilaksanakan.

2)      Konsep Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Perkembangan peradaban manusia diiringi dengan perkembangan cara penyampaian informasi (yang selanjutnya dikenal dengan istilah Teknologi Informasi). Mulai dari gambar-gambar yang tak bermakna di dinding-dinding gua, peletakkan tonggak sejarah dalam bentuk prasasti sampai diperkenalkannya dunia arus informasi yang kemudian dikenal dengan nama internet. Informasi yang disampaikan pun berkembang dari sekedar menggambarkan keadaan sampai taktik bertempur. Khusus penggunaan Internet untuk kepeduan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses belajar mengajar yang lebih efektif.
Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik Internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CDROM Interkatif dan lain-lain. Pemanfaatan internet sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di sekolah tidaklah sesederhana dan semudah yang dibayangkan, karena banyak hal yang harus dipelajad, diperhatikan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh sebelum menerapkannya. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung ofeh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengedakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam memeperoteh pengetahuan yang d~butuhkan dalarn rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut (Boettcher 1999).
Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga mode dasar dialog komunikasi sebagai berikut (Boettcher 1999):
- Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa
- dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar
- dialog/komunikasi di antara siswa
Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal. Sebagaimana ditegaskan oleh Bottcher (1995), bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga diaioglkomuniaksi tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran berbasis Web. Hamzah B. uno dan Nina Lamatenggo (2011: 57) mengemukakan bahwa teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data.
Sesungguhnya internet merupakan media yang bersifat multi-rupa, pada satu sisi [nternet bisa digunakan-untuk berkornunikasi secara interpersonal misalnya dengan menggunakan e-mail dan chat sebagai sarana berkornunikasi antar pribadi (one-to-one communications), di sisi lain dengan e-mail-pun pengguna bisa melakukan komunikasi dengan lebih dari satu orang atau sekelompok pengguna yang lain (one-to-many communications). Bahkan sebagaimana telah disinggung di bagian depan, internet juga memiliki kemampuan mernfasilitasi kegiatan diskusi dan kolaborasi oleh sekelompok orang. Di samping itu dengan kemampuannya untuk menyelenggarakan komunikasi tatap muka (teleconference), memungkinkan pengguna internet bisa berkornunikasi secara audiovisual sehingga dimungkinkan terselenggaranya kornunikasi verbal maupun non-verbal secara real-time.
Secara nyata internet memang akan bisa digunakan dalam seting pembelajaran di sekolah, karena memiliki karakteristik yang khas yaitu (1) sebagai media interpersonal dan juga sebagai media massa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one maupun one-to-many, (2) memiliki sifat interkatif, dan (3) memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron (syncronous) maupun tertunda (asyncronous), sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis dialog komunikasi yang merupakan syarat terselengaranya suatu proses belajar mengajar.
Beberapa studi menunjukkan bahwa internet memang bisa dipergunakan sebagai media pembelajaran, seperti studi telah dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST) pada tahun 1996, yang dilakukan terhadap sekitar 500 murid kelas lima dan enam sekolah dasar. Ke 500 murid tersebut dimasukkan dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang dalam kegiatan belajamya dilengkapi dengan akses ke Internet dan kelompok kontrol. Setelah dua bulan menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mendapat nilai yang lebih tinggi berdasarkan hasil tes akhir.
Lebih lanjut studi eksperimen yang dilakukan oleh Anne L. Rantie dan kawan kawan di SMU 1 BPK Penabur Jakarta pada tahun 1999 mengenai penggunaan Internet untuk mendukung kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris, menunjukkan bahwa murid yang terlibat dalam eksperimen tersebut memperlihatkan peningkatan kemampuan mereka secara signifikan dalam menulis dan membuat karangan dalam bahasa Inggris.
Internet mempunyai peran yang sangat strategis, bahkan dengan karakteristiknya yang khas maka pada masa yang akan datang Internet bisa menjadi media pembelajaran yang paling terkemuka dan paling dipergunakan secara luas.
3)      Faktor Pendukung Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Sebagai dasar untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran dalam seting sekolah, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius agar penyelenggaraan pemanfaatan internet untuk pembelajaran bisa berhasil, yaitu:
ü  Faktor Lingkungan, yang meliputi institusi penyelenggara pendidikan dan masyarakat
ü  Siswa atau peserta didik meliputi usia, latar belakang, budaya, penguasaan bahasa dan berbagai gaya belajarnya
ü  Guru atau pendidik meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman dan personalitinya.
ü  Faktor teknologi meliputi komputer, perangkat lunak, jaringan, koneksi ke internet dan berbagai kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan internet di lingkungan sekolah
1. Institusi
Peranan institusi yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan komitmen, sangat menentukan terselenggaranya pemanfaatan internet untuk pendidikan dalam lingkungan sekolah. Institusi yang paling pertama yang dituntut untuk memiliki komitmen dalam pendayagunaan internet untuk pembelajaran tentu saja adalah sekolah. Hal ini terutama berkaitan dengan penggunaan teknologi tinggi yang menyangkut keharusan menyediakan sejumlah dana untuk penyediaan peralatan (komputer dan kelengkapannya), jaringan, line telepon (koneksi ke ISP), biaya beriangganan ke Internet Service Provider (ISP), biaya penggunaan telepon dan sebagainya.
Kesulitan tidak hanya untuk investasi peralatan ataupun infrastrukturnya, tetapi juga pada masalah biaya perawatan dan biaya operasional, yang harus dikeluarkan agar sistem terus bisa berfungsi. Belum lagi kesulitan untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi untuk mengelola sistem, baik sistem pembelajaran melalui internet maupun sistim pengelolaan fasilitas (perangkat keras, jaringan dan software management).
Peranan institusi lain yang tak kalah pentingnya ialah. dalam memberikan kesadaran (awareness) baik terhadap guru maupun siswa tentang teknologi komunikasi dan informasi terutama potensi internet sebagai media pembelajaran. Kemudian dilanjutkan pemberian pengetahuan mengenai prosedur dan tata cara memanfaatkan internet, melalui berbagai kegiatan dan pelaflhan yang terus menerus, sehingga secara tidak langsung akan tercipta lingkungan yang akrab teknologi.
Terlihat bahwa hal yang paling mendasar dalam penerappn internet di sekolah adalah motivasi, kesiapan dan kesungguhan institusi yang diwujudkan dengan suatu kebijakan yang menyeluruh, meliputi kebijakan berubahnya metode pengajaran, kebijakan mengenai manajemen dan prosedur, kebijakan mengakses internet dan lainlain. Karena semua itu merupakan kunci utama keberhasilan pendayagunaan internet untuk pembelajaran di lingkungan sekolah.
2. Masyarakat
Lingkungan yang perlu mendapat perhatian ialah lingkungan keluarga siswa. Karena dari lingkungan keluargalah diharapkan muncuinya dukungan yang mampu memberikan dorongan untuk memotivasi siswa dalam memanfaatkan internet untulk keperluan pendidikan.
Hardijito (2001) dalam penelitiannya terhadap 210 siswa SMU dan SMK DKI Jakarta yang secara rutin mengakses internet, menemukan bahwa siswa yang rajin mengakses internet sebagian besar (55,7%) datang dari lingkungan keluarga yang semua anggotanya (orang tua, kakak adik) menggunakan internet, dan hanya 5,7% dari keluarga yang sama sekali tidak menggunakan internet.
Selain keluarga, lingkungan paling dekat lainnya yang sangat mempengarnhi siswa dalam mengunakan internet ialah teman sebaya (peer group). Pengaruh lingkungan ini bahkan lebih besar dari lingkungan keluarga, sebagaimana didapatkan dari hasil penelitlan Hardjito (2001) yang menunjukkan bahwa dart temanlah mereka pertama kali belajar internet, mengajari internet secara lebih mendalam dan mendapatkan dorongan untuk menggunakan internet.
Oleh karena itu lingkungan siswa ini juga dipersiapkan dan disentuh agar tercipta suasana yang kondusif, yang mampu memberikan dukungan terhadap siswa dalam memanfaatkan internet untuk pendidikan.
3. Guru
Peranan guru tak kalah menentukannya terhadap keberhasilan pemanfaatan internet di sekolah. Pemantauan sementara di beberapa sekolah dasar, dan menengah di Bandung umumnya menunjukkan bahwa inisiatif pemanfaatan internet di sekolah justru banyak yang datang dari guru-guru yang memiliki kesadaran lebih awal tentang potensi internet guna menunjang proses belajar mengajar.
Keberhasilan pernbelajaran berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik guru-guru yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
ü  Guru perlu diberikan pemahaman berbagai keuntungan, termasuk kelebihan dan kelemahan penggunaan internet untuk pembelajaran, sehingga mereka memiliki motivasi dan komitmen yang cukup tinggi.
ü  Guru, baik nantinya dia akan berperan sebagai pengembang dan pengguna maupun yang diproyeksikan sebagai pengelola sistem pembelajaran berbasis internet, harus dibekali dengan kesadaran, wawasan, pengetahuan dan keterampilan tentang internet.
ü  Guru yang akan dilibatkan dalarn pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran hendaknya memiliki pengalaman dan kemampuan mengajar yang cukup.
ü  Jumlah guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara bertahap.
ü  Guru harus memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran.
ü  Tetap menjaga gaya mengajar tiap-tiap guru. karena hal itu akan dicerminkan dalam cara pembelajaran mereka kelak di sistem pembelajaran dengan internet.
4. Siswa
Pemahaman tentang audiens bisa didapat melalui analisis dengan menggunakan data demografi maupun psikografi, antara lain dengan menguji perbedaan-perbedaan karakteristik, sikap dan perilaku audiens. Pemilahan atau pengelompokan diperlukan dalam kaitannya untuk bisa membuat suatu pendekatan atau strategi pendayagunaan internet lebih tepat sasaran, mengingat bahwa sasaran didik tersegmen dalarn kelompok sekolah-sekolah yang berbeda. Pemahaman tentang perbedaan-perbedaan motif penggunaan internet berdasarkan aspek demografl dan psikografi tersebut, menjadi penting agar pengembangan program pendidikan dengan mendayagunakan internet bisa lebih menyentuh kondisi riel sasaran.
Sesungguhnya sasaran didik terkelompok dalam segmen-segmen tertentu yang mengehendaki adanya perlakuan yang berbeda pula. Sehinggga dalam menerapkan pendayagunaan internet di sekolah akan lebih baik apabila melakukan segmentasi secara lebih homogen baik ditinjau dad aspek demografi maupun psikografi, walaupun sesungguhnya pendekatan segmentasi ini lebih dikenal dalam konsep pemasaran yang menghendaki diketahuinya kelompok-kelompok sasaran dengan jelas melalui pendekatan segmentasi pasar, namun pendekatan ini sesunguhnya juga bisa diterapkan dalam semua bidang kegiatan termasuk dalarn bidang pendidikan. Konsep ini mulai berkembang setelah Wenddell Smith (1956) menjelaskan bahwa konsumen pada dasarnya berbeda, sehingga dibutuhkan programprogram pemasaran yang berbeda-beda pula untuk menjangkaunya. Pendapat tersebut kemudian diperkuat oleh Frederick Winter (1977) yang menyatakan bahwa average consumer- untuk kepentingan praktis – sudah harus dihapuskan dari kamus manajemen pemasaran (Kasali, 1999). Segmentasi adalah hal yang wajib ditempuh dalam suatu proses pemasaran baik komersial maupun sosial, karena dengan demikian kita bisa memberikan pelayanan sebaik-baiknya pada masing-masing segmen dan memberikan kepuasan orang-orang di dalam segmen tersebut (Kasali, 1999).
Hal tersebut sejalan juga dengan teori teknologi pembelajaran dimana keberhasilan tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh sejauh mana kita mengenali sasaran didik kita. Bila pendidik menganggap siswa mereka sebagai manusia (human being), dengan segala hak-hak dan perbedaan-perbedaan motivasinya, maka ia akan mengenggap bahwa murid merupakan bagian atau subjek dari suatu proses belajar mengajar (Heinrich, 1996).
Segmentasi menjadi sangat penting, karena sebagaimana yang disampaikan Renald Kasali (1999) dalam bukunya ‘Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi Targeting dan Positioning”, bahwa lebih dari 60% kegagalan bisnis disebabkan oleh gagalnya pengusaha mendefinisikan pasar yang dituju, dan lebih dari 60% kegagalan kampanye sosial dan politik disebabkan tidak dipahaminya segemen pasar yang dituju. Uraian tersebut menunjukan bahwa sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet yang akan dikembangkan hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan karakteristik dan segmen sasaran didik. Atau dengan kata lain perlu dikembangkan suatu sistem pembelajaran yang paling sesuai dengan segmen-segmen sasaran didik yang dibina.
5. Teknologi
Untuk terselenggaranya kegiatan pembelajaran dengan dukungan internet, maka setelah ketiga unsur didepan dipenuhi dengan kondisi sebagaimana telah diuraikan, maka faktor teknologi merupakan suatu hal yang juga mutlak harus tersedia dan harus memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan, baik yang berkaitan dengan peralatan, infrastruktur, pengoperasian, dan perawatannya.
Idealnya dalam pemanfaatan internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet akan lebih baik lagi kalo komputer-komputer yang tersambung ke internet tersebut diletakkan di ruang khusus seperti ruang laboraturium komputer ataupun di ruangan-ruangan lain yang dianggap strategis. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi guru dan siswa dalam mengakses internet.
Cara yang paling efektif dan efisien untuk menghubungkan seejumlah komputer ke internet adalah dengan membangun jaringan lokal, Local Area Network (LAN). Dengan adanya jaringan maka hanya diperlukan satu sambungan saja ke internet yang bisa dipergunakan secara bersama-sama oleh komputer yang tergabung dalam jaringan tersebut. Satu hal yang paling penting dari jaringan dan koneksi ke internet untuk keperluan pembelajaran, ialah keandalannya afar bisa dipergunakan setiap saat selama 24 jam dengan tingkat gangguan ataupun kegagalan yang sangat minimal.
Jaringan yang umum dipergunakan ialah model jaringan client/ server. Model ini memisahkan secara jelas, komputer mana yang memberikan layanan (server) dan komputer-komputer mana yang mendapat layanan (client). Agar secrver dan client bisa berkomunikasi diperlukan server program/ software dan client program/ software.
Dari sisi cara menghubungkan server dengan client, ada tiga pilihan tipologi yang bisa digunakan yaitu tipologi bus, tipologi ring, dan tipologi star atau hub. Untuk mengembangkan , mengoperasikan, dan merawat infrastruktur tersebut diperhatikan empat aspek dari faktor teknologi yaitu client (software dan hardware), server (software dan hardware), mode distribusi dan dukungan teknik (McCormack, 1998).
Client (software dan hardware)
ü Konfigurasi minimal komputer yang dipergunakan, meliputi kemampuan procesor, memori, kapasitas penyimpanan, monitor dan kartu jaringan.
ü Program (operating system( yang akan dipergunakan.
ü Software Internet (Browser) yang akan dipergunakan.
ü Software lain yang akan dipergunakan untuk mendukung penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet.
ü Pengaturan waktu maupun lama pengaksesan oleh setiap penggunaServer (software dan hardware)
ü Apakah akan dipergunakan satu server untuk menangani semua kegiatan ataukah akan menggunakan lebih dari satu server untuk menangani setia jenis kegiatan (file server, -webserver, e-mail server, web-course server dll).
ü Konfigurasi minimal komputer yang dipergunakan sebagai server, meliputi kemampuan procesor, memori, kapasitas penyimpanan, monitor, kartu jaringan dan peralatan pendukung seperti switch, modem, router dll.
ü Program (operating sistem) dan server manajemen yang akan dipergunakan.
ü Software lain yang akan dipergunakan untuk mendukung penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet.
ü Pengaturan level of security, waktu maupun lama pengaksesan oleh setiap pengguna.
ü Software pelindung dari serangan virus maupun cracker atau hacker yang handal
Mode distribusi
ü Apakah komunikasi dalam rangka pembelajaran akan dilakukan secara online, offline atau kombinasi online dan off-line.
ü Seberapa cepat akses yang diperlukan.
ü Lebar pita hubungan ditentukan apa saja yang akan didistribusikan (teks, grafik, audio, video)
ü Hubungan dari jaringan ke ISP, bisa digunakan dengan cara dial-up melalui sambungan telepon biasa, lease-line, radio ataupun satelit. Pemilihannya tentu saja disesuaikan dengan jenis komunikasi yang akan dilakukan, materi yang akan didistribusikan, dan tentu saja dana yang tersedia.
Dukungan teknik
Dukungan ini lebih bersifat kepada penyediaan sumberdaya manusia yang akan bertanggung jawab terhadao berfungsinya sistem dan memberikan bantuan apabila guru maupun siswa mengalami kesulitan berkaitan dengan perangkat keras maupun perangkat lunak, dalam pelaksanaan penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet. Sumber daya manusia minimal yang diperlukan paling tidak terdiri dari:
- Administrator jaringan
- Administrator Web Course
- Teknisi komputer

Sumber daya manusia tersebut bisa direkrut secara khusus tenaga yang sudah memiliki kualifikasi untuk itu, ataupun dengan memberikan pelatihan khusus kepada beberapa orang guru yang mempunyai minat dan dedikasi ke arah itu.

  II.          Pengembangan Model Pembelajaran Melalui Internet
Pada abad 21 ini terjadi suatu keadaan yang sering disebut era globalisasi yang ditandai oleh banyaknya perubahan pada semua aspek kehidupan, bukan hanya perubahan pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan termasuk bidang pendidikan. Saat ini dan di masa mendatang pengaruh era globalisasi akan semakin terasa terutama dengan semakin banyaknya saluran informasi yang tersedia seperti; surat kabar, majalah, radio, televisi, telepon, faximili, komputer, internet, satelit komunikasi, sekolah, bahkan informasi langsung yang dibawa oleh pengunjung (travelers). Semua itu dimungkinkan dengan adanya perkembangan yang pesat dalam bidang teknologi, terutama teknologi komunikasi, informasi dan transportasi. Dampak era globalisasi ini menuntut manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya (human survival), artinya manusia harus mampu mengendalikan dan memanfaatkan efek-efek globalisasi dalam kehidupannya. Manusia adalah pencipta globalisasi, dan manusia itu pula yang harus dapat mengendalikan, menguasai, memanfaatkan, dan mengembangkan globalisasi untuk kepentingan kehidupannya.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi, terutama teknologi informasi dan komunikasi, telah menyebabkan dunia ini semakin mengecil dan membentuk seperti sebuah desa dunia. Batas-batas fisik negara satu dengan negara lainnya menjadi begitu kurang nampak dan secara non-fisik hampir tanpa batas (borderless). Globalisasi terjadi sebagai suatu proses mendunia yang tidak tertahankan dan tidak mungkin terelakan. Dengan demikian diperlukan upaya-upaya untuk mempersiapkan para siswa sejak dini guna memasuki jaman global yang menuntut kemampuan-kemampuan khusus. Para siswa sekarang yang sedang menuntut ilmu , pada dasarnya akan menjadi pelaku-pelaku utama pada jaman yang penuh dengan persaingan.
Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban para guru untuk memberi bekal kepada mereka agar bisa hidup (survive) di masa itu. Salah satu upaya untuk mempersiapkan siswa memasuki jaman global tersebut yaitu dengan mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi ke masa depan.
1)      Model-Model Pembelajaran Internet
Ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet, yaitu: 1) Web Course, 2) Web Centric Course, dan 3) Web Enhanced Course (Haughey, 1998).
1. Web Cource
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat. Komunikasi lebih banyak dilakukan secara ansynchronous daripada secara synchronous. Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses pembelajaran sepenuhnya menggunakan fasilitas internet seperti email, chat rooms, bulletin board dan online conference.
Selain itu sistem ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai sumber belajar (digital), baik yang dikembangkan sendiri maupun dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan jalan membuat hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah tersedia pada internet, seperti data base statistic berita dan informasi, e-book, perpustakaan elektronik dll.
Bentuk pembelajaran model ini biasanya digunakan untuk keperluan pendidikan jarak jauh (distance education/learning). Aplikasi bentuk ini antara lain virtual campus/university ataupun lembaga pelatihan yang menyelenggarakan pelatihanpelatihan yang bisa diikuti secara jarak jauh dan setelah lulus ujian akan diberikan sertifikat.
2. Web Centric Course
Sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagaian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses pembelajaran melalui internet.
Bentuk ini memberikan makna bahwa kegiatan belajar bergeser kegiatan di kelas menjadi kegiatan melalui internet sama dengan bentuk web course, siswa dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka, baik di sekolah maupun ditempat-tempat yang telah ditentukan seperti di ruang perpustakaan, taman bacaan, ataupun di balai pertemuan. Penerapan bentuk ini sebagaimana yang telah dilakukan pada perguruan tinggi perguruan tinggi terkemuka yang menggunakan sistem belajar secara of campus.
3. Web Enhanced Course
Web Enhanced Course merupakan pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.
Peranan internet disini adalah untuk menyediakan sumber-sumber belajar yang sangat kaya akan informasi dengan cara memberikan alamat-alamat atau membuat link ke pelbagai sumber belajar yang sesuai dan bisa diakses secara online, untuk meningkatkan kuantitas dan memperluas kesempatan berkomunikasi antara pengajar dengan peserta didik secara timbal balik. Dialog atau komunikasi dua arah tersebut dimaksudkan untuk keperluan berdiskusi, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok.
Berbeda dengan kedua bentuk sebelumnya, pada bentuk web enhanced course ini prosentase pembelajaran melalui internet justru lebih sedikit dibandingkan dengan prosentase pembelajaran secara tatap muka, karena penggunaan internet adalah hanya untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Bentuk ini dapat pula dikatakan sebagai langkah awal bagi intitusi pendidikan yang akan menyelenggarakan pembelajaran berbasis teknologi informasi, sebelum menyelenggarakan pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks, seperti web centric course ataupun web course.
Baik pada model ataupun web course, web centric course ataupun web enhanced course, terdapat beberapa komponen aktivitas seperti informasi, bahan belajar, pembelajaran ataupun komunikasi, penilaian yang bervareasi. Secara umum komponen aktivitas dan strukturnya dapat diterapkan dalam pengembangan pembelajaran melalui internet.
2)      Pengembangan Model Pembelajaran melalui Internet
Untuk mengembangkan sistem pembelajaran berbasis internet, terlebih dahulu perlu dilakukan pengkajian atas seluruh unsur dan aspek sebagaimana telah diuraikan di atas, sehingga bisa didapatkan pegangan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet. Di samping itu juga diperlukan pertimbangan dan penilaian atas beberapa hal yang tidak kalah pentingnya antara lain:
a. Keuntungan. Sejauhmana sistem pembelajaran berbasis internet akan memberikan keuntungan bagi intitusi, staf pengajar, pengelola, dan terutama keuntungan yang akan diperoleh siswa dalam meningkatkan kualitas mereka apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka secara konvensional.
b. Biaya pengembangan infrastruktur serta pengadaan peralatan software.
c. Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan infrastruktur, mengadakan peralatan serta sofware tidaklah sedikit. Untuk itu perlu dipertimbangkan hal-hal seperti, apakah akan membangun suatu jaringan secara penuh ataukah secara bertahap, apakah akan mengadakan peralatan yang sama sekali baru ataukah meng-upgrade yang sudah ada atau scound.Mesti diperhatikan bahwa sofwere yang asli bukan bajakan harganya relative mahal. Untuk itu dipertimbangkan kemampuan menyediakan dana dalam setiap pengambilan keputusan.
d. Biaya operasional dan perawatan. Suatu sistem akan berhjalan apabila dikelola secara baik. Dengan demikian, sistem pembelajaran berbasis internet ini, juga diperlukan biaya operasional dan perawatan yang tentunya tidak sedikit. Biaya operasional, honor pengelolaan, biaya langganan ISP (Internet Service Provider), biaya langganan saluran telepon tersendiri dan biaya pulsa telepon apabila berkeinginan menggunakan dial-up. Sedangkan biaya perawatan termasuk penggantian suku cadang yang mengalami kerusakan baik karena umur maupun kesalahan prosedur pemakaian. Untuk menanggulangi biaya operasional dan perawatan tersebut, dapat dilakukan dengan mendayagunakan sistem tersebut agar mampu menghasilkan uang (income generating), antara lain dengan membuka warnet untuk umum, mengadakan pelatihan-pelatihan dan lain-lain.
e. Sumber daya manusia. Untuk mengembangkan dan mengelola jaringan dan sistem pembelajaran, diperlukan sejumalh sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi. Dalam hal ini termasuk guru-guru yang harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran melalui internet.
Untuk keperluan itu hendaknya dilakukan identifikasi dan kemudian dipersiapkan tenaga-tenaga tersebut, apakah bisa dicukupi dari dalam ataukah harus merekrut tenaga-tenaga baru. Untuk membekali tenaga-tenaga tersebut perlu diberikan pelatihan, diperhitungkan lama waktu pelatihan, tempat pelatihan, cara pelatihan agar bisa menghasilkan tenaga yang memiliki kualifikasi.
f. Siswa. Yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah mengetahui sejauhmana kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan internet yang akan diselenggarakan. Kalau internet merupakan sesuatu yang baru bagi sebagian besar siswa, tentunya perlu dilakukan serangkaian upaya untuk mengkondisikan agar mereka siap berpartisipasi secara aktif dalam sistim pembelajaran yang baru tersebut.
Adalah hal yang tidak mudah untuk merubah kebiasaan mereka yang telah terbiasa belajar secara tatap muka secara konvensional selama bertahun-tahun, yang tentunya telah menjadi gaya belajar atau kebiasaan yang sudak mendarah daging.
Berdasarkan kajian dan pertimbangan sebagaimana telah dibahas di atas, kemudian sistim pembelajaran internet dikembangkan melalui tiga cara pengembangan yaitu:
1. Menggunakan sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, seperti e-mail, IRC (Internet Relay Chat), word wide web, seach engine, millis (milling list) dan FTP (File Transfer Protocol).
2. Menggunakan sofware pengembang program pembelajaran dengan internet yang dikenal dengan Web-Course Tools, yang di anataranya bisa didapatkan secara gratis ataupun bisa juga dengan membelinya. Ada beberapa vendor yang mengembangkan Web Course Tools seperti WebCT, Webfuse, TopClass dan lain-lain.
3. Mengembangkan sendiri program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan (tailor made), dengan menggunakan bahasa pemrograman seperti ASP (Active Server Pages) dan lain-lain.
Setiap cara memeliki kelebihan dan kekurangan, misalnya pengembangan program pembelajaran dengan menggunakan fasilitas internet mempunyai kelebihan biayanya sangat murah dibandingkan yang lain, namun ada kekurangan yaitu dalam pengelolaan agak sulit karena sifatnya tidak terintegrasi. Sedangkan apabila menggunakan Web Course Tools atau pengembangan secara taillor-made biayanya jauh lebih mahal, namun memiliki kelebihannya yakni mudah dalam pengembangan dan pengelolalaannya, lebih power full, dan sesuai dengan kebutuhan. Untuk memilih salah satu cara yang akan dipakai, ditentukan pada pertimbangan berdasarkan kajian terhadap berbagai hal seperti yang telah dibahas dibagian terdahulu tadi. Namun pada dasarnya mendayagunakan internet untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan adalah hal yang sangat layak untuk segera dilaksanakan secara luas di institusi-institusi penyelenggara pendidikan di Indonesia.
3)      Aplikasi Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Dalam proses pembelajaran, aplikasi e-learning bisa mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan gambaran rencana (skenario) yang memproyeksikan mengenai beberapa aktivitas dan tindakan yang akan
dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian aplikasi perencanaan pembelajaran yang berbasis e-learning pada dasarnya memuat rencana, perkiraan dan gambaran umum kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan jaringan komputer, baik intra-net maupun inter-net. Pada prinsipnya dalam perencanaan pembelajaran terdapat empat komponen utama, yaitu: materi/bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
Komponen tujuan berfungsi untuk menentukan arah kegiatan pembelajaran. Dari rumusan tujuan pembelajaran harus sudah terproyeksikan bagaimana proses berlangsungnya pembelajaran serta kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki siswa sebagai hasil belajar. Rumusan tujuan pembelajaran tidak hanya menggambarkan hasil, tetapi juga menggambarkan kegiatan atau proses. Penetapan bahan ajar yang akan berfungsi untuk memberi makna terhadap upaya pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran konvensional, bahan ajar untuk setiap mata pelajaran sudah tersedia dalam buku paket, dan secara tatap muka disampaikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran yang dipilihnya. Sedangkan bahan ajar untuk e-learning, selain para dapat memanfaatkan buku sumber yang tersedia, juga dapat secara langsung mengakses bahan ajar/informasi pada beberapa halaman web yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian perolehan informasi pembelajaran akan bersifat lebih luas, mendalam, dan bervariasi.
Kegiatan belajar mengajar yang tercakup dalam perencanaan pembelajaran pada intinya berisi mengenai deskripsi materi/bahan ajar, metode pembelajaran, dan alat/media pembelajaran. Untuk kepentingan media pembelajaran berbasis e-learning, penentuan bahan ajar hanya memuat pokok-pokoknya saja, sementara deskripsi lengkap dari pokok-pokok bahan ajar disediakan dalam halaman web yang akan diakses siswa.
Evaluasi sebagai komponen terakhir dalam perecanaan pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai. Melalui pendekatan pembelajaran berbasis e-learning, kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti suruhansuruhan di halaman web. Bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas, dan atau latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa.
Dalam implementasi pembelajaran, terdapat model penerapan e-learning yang bisa digunakan, yaitu: Selective Model, Sequential Model, Static Station Model, dan Laboratory Model.

1. Selective Model
Model selektif ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas (misalnya hanya ada satu unit komputer). Di dalam model ini, guru harus memilih salah satu alat atau media yang tersedia yang dirasakan tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran. Jika guru menemukan bahan e-learning yang bermutu dari internet, maka dengan terpaksa guru hanya dapat menunjukan bahan pelajaran tersebut kepada siswa sebagai bahan demonstrasi saja. Jika terdapat lebih dari satu komputer di sekolah/kelas, maka siswa harus diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung.
2. Sequential Model
Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas (misalnya hanya dua atau tiga unit komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan. Siswa menggunakan bahan e-learning sebagai bahan rujukan atau untuk mencari informasi baru.
3. Static Station Model
Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas, sebagaimana halnya dalam sequential model. Di dalam model ini, guru mempunyai beberapa sumber belajar yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Bahan e-learning digunakan oleh satu atau dua kelompok siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kelompok siswa lainnya menggunakan sumber belajar yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama.
4. Laboratory Model
Model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya secara lebih leluasa (satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri. Setiap model e-learning yang dapat digunakan dalam pembelajaran di atas masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan. Pemilihannya bergantung kepada infrastruktur telekomunikasi dan peralatan yang tersedia di sekolah. Bagaimanapun upaya pembelajaran dengan pendekatan e-learning ini perlu terus dicoba dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang.
           III.            Kemasan Dan Teknologi Pembelajaran Melalui Teknologi Informasi
Proses pembelajaran di sekolah selama ini selalu menempatkan siswa sebagai objek yang harus diisi oleh sejumlah ragam informasi dan sejumlah bahan-bahan ajar setumpuk lainnya. Terjadi komunikasi hanya satu arah yaitu antara guru ke siswa dengan membelajarkan melalui pendekatan ekspositori yang merupakan andalan dalam metode pembelajaran. Interaksi pembelajaran guru-siswa semacam ini sudah berlangsung lama yang berdampak verbalisme semakin merajalela. Pembelajaran seperti ini masih bersifat konvensional karena keterlibatan guru dengan siswa dalam suatu ruang kelas dalam bentuk tatap muka langsung sesuatu yang amat penting. Hingga Mochtar Buchori (2000) telah mengkritik kondisi pendidikan di Indonesia yang telah merampas kreativitas dan daya tarik siswa, sekolah cenderung kurang terarah dikarenakan kurikulum yang tidak serasi, malahan sekolah cenderung bersifat menunggu perkembangan.
Seiring dengan perkembangan teknologi terutama kemajuan teknologi komunikasi yang menyebabkan sistim penyampaian materi pelajaran dapat dilakukan tanpa harus tatap muka antara guru dengan siswa, akan tetapi bentuk belajar yang terpisah antara guru dengan siswa tetapi dilakukan bersamaan, itulah pembelajaran jarak jauh (distance learning), seperti tutorial computer based, teleconfrence, correspondence cources, we based training dan e-learning. Perkembangan teknologi pembelajaran seperti ini memunculkan pembelajaran berbasis komputer, yang menyajikan kemasan bahan pembelajaran dalam bentuk hypermedia dan tidak terkecuali pembelajaran melalui internet seperti electronic mail.
Kondisi ini dalam pembelajaran sangat menguntungkan terutama peserta didik akan terangsang untuk belajar, terjadi keaktipan belajar siswa, malahan siswa akan belajar lebih kreatif karena sumber belajar sangat bervariasi.
1)      Hakikat Kemasan Bahan Belajar melalui Teknologi Informasi
Secara singkat, bahan belajar dapat diterjemahkan sebagai seperangkat material yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Hamalik (1995) menempatkan bahan belajar sebagai bagian dari unsur-unsur dinamis dalam proses belajar disamping motivasi siswa, alat bantu belajar, suasana belajar dan kondisi subjek belajar. Bahan belajar menurut Hamalik, merupakan unsur belajar yang penting diperhatikan oleh guru. Melalui bahan tersebut, siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Untuk itu, penentuan bahan belajar harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai apakah berupa pengetahuan, keterampilan, sikap atau pengalaman lainnya. Pada proses pembelajaran di sekolah, bahan-bahan belajar ini biasanya sudah digariskan dalam GBBP atau silabus.
1. Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Istilah TI (Teknologi Informasi) lahir pada abad ke duapuluh yang diawali dengan terbentuknya masyarakat informasi. Istilah TI yang menggunakan kata informasi, pada dasarnya sangat berkaitan dengan istilah TK (Teknologi Komunikasi) yang dikenal lebih dulu. Kita melihat ada teknologi komunikasi yang berfungsi untuk menyalurkan informasi, ada teknologi komunikasi yang berfungsi sebagai pengolah informasi dan ada juga teknologi komunikasi yang berfungsi sebgai penyimpan dan pengolah informasi. Fungsinya yang terakhir inilah menyebabkan kemudian ada orang yang menyebutkan teknologi komunikasi sebgai teknologi informasi.
Menurut Richard Weiner dalam Webster,s New World Dictionary and Communications disebutkaaan bahwa teknologi informasi adalah pemrosesan, pengolahan dan penyebaran data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data. TI menitikberatkan perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan computer dan telekomunikasi.
Dengan demikian semakin jelas bahwa kelahiran istilah TI didasari perkembangan teknologi pengolahan data. Bila teknologi komunikasi merupakan alat untuk menambah kemampuan orang berkomunikasi, maka teknologi informasi adalah pengerjaan data oleh komputer dan telekomunikasi.
Pemisahan istilah ini secara moderat ditunjukkan oleh organisasi sarjana komunikasi internasional (International Communication Associaton) yang mengelompokan sarjana komunikasi yang menekuni bidang teknologi komunikasi dalam divisi “ Communication and Technology”, sedangkan sarjana komunikasi yang menekuni teknologi informasi dikelompokkan kedalam divisi “Sistem Informasi”. (Abrar, 2001).
Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkum semua aspek yang berhubungan dengan mesin (komputer dan telekomunikasi). Berkaitan dengan aspek kemasan (package), maka informasi yang diolah dan disampaikan oleh komputer untuk kepentingan belajar inilah yang dikemas melalui sebuah proses pengemasan.



2. Pengembangan Bahan Pembelajaran
Bahan ajar atau learning materials merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar yang lazimnya berisikan tentang semua cakupan materi dari semua mata pelajaran. Bahannya sendiri merupakan media atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, bisa berupa pesan visual, audio maupun pesan audio visual. Secara umum media dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu bahan ajar yang tercetak (printed materials) dan bahan ajar yang tidak tercetak (non printed materials).
Dalam hal ini, bahan ajar dapat dikembangkan sebagai bahan ajar yang diproyeksikan sebagai bahan ajar kategori pertama (printed materials), walaupun bahan belajar itu akan dikembangkan sebagai bahan belajar ditransfer untuk kepentingan pembelajaran melalui internet atau e-learning. Bahan ajar termasuk pada kategori instrumental input, yang berperan sebagai penopang dan merupakan sub sistem bagi implementasi kegiatan pembelajaran. Bahan ajar ini tidak hanya digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar, akan tetapi harus dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran siswa secara individual. Siswa dalam hal ini dapat mempelajari tujuan pembelajaran, materi pelajaran, dan menilai ketercapaian atau keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum suatu mata pelajaran, digunakan sebagai sumber utama pembelajaran seperti buku teks, ataupun bahan ajar yang sifatnya penunjang untuk kepentingan pengayaan atau bahan ajar yang berkatagori suplemen (penunjang). Bahan ajar sebagai sumber utama, siswa tidak perlu bersusah payah untuk mencari sumber lain, mereka cukup mempelajari bahan ajar utama dengan teliti. Penggunaan bahan ajar berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar bisa dibagi kedalam dua kategori, yaitu katagori bahan ajar yang digunakan dalam KBM dengan bimbingan lansung dari guru, seperti penggunaan buku teks sebagai bahan tatap muka.
Kedua, bahan ajar yang digunakan siswa untuk belajar mandiri(individual study) tanpa bantuan guru, misalkan penggunaan modul atau bahan ajar lainnya yang dirancang secara khusus seperi BBM (Bahan Belajar Mandiri). Bahan pembelajaran dapat dikatagorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bahan tercetak dan kelompok ban non cetak. Yang termasuk bahan tercetak antara lain berupa buku, modul, paket berprograma, komik, cergam, poster, dan leaflet, sedangkan yang termasuk pada bahan ajar non cetak seperti: kaset audio, kaset video, vcd dan film. Karakteristik bahan pembelajaran cetak adalah: 1) Bahan ajar yang ditujukan untuk kepentingan kurikuler, instruksional, dan pengembangan ilmu, 2) Bahan ajar juga mengakomodasikan sumber-sumber daya (potensi) daerah tanpa mengabaikan poin terdahulu, 3) Bahan ajar yang mengoptimalkan pembelajaran mandiri, khususnya siswa, 4) Bahan ajar dapat memberikan pengayaan, khususnya bagi kegiatan belajar siswa, melalui pemberian tugas, dan rujukan sumber lain yang disarankan, dan 5) Bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar yang pembaca utamanya siswa.
2)      Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
a. Persiapan
Untuk menyusun suatu bahan ajar ada beberapa hal yang perlu disiapkan, khususnya yang berkaitan dengan kurikulum/GBPP, materi bahan ajar, dan sumber-sumber lain yang sekiranya akan diperlukan dalam penulisan bahan ajar, seperti: photo, gambar, bagan, atau yang lainnya. Langkah pertama yang perlu disiapkan dan dipelajari tatkala akan menyusun bahan ajar adalah kurikulum/GBPP dari suatu bidang studi/mata pelajaran yang akan disusun bahan ajarnya. Kurikulum digunakan sebagai acuan, baik yang berkaitan dengan tujuan mata pelajaran, tujuan setiap topik (TPU), struktur materi bahan ajar, rancangan strategi/metode, dan pengembangan untuk kegiatan evaluasi.
Setelah kurikulum/GBPP di atas dipahami, langkah selanjutnya adalah mempelajari struktur materi dari bahan ajar yang dikembangkan, yakni terkait dengan scope dan sequence. Kedua hal ini harus dikembangkan sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek-aspek metodologis dan psikologis anak didik.
Langkah terakhir pada tahap persiapan ini adalah mengumpulkan berbagai sumber yang diperlukan, baik yang terkait dengan buku-buku, jurnal, makalah, dan bahan-bahan lain yang akan digunakan sebagai pelengkap bagi penulisan bahan ajar selanjutnya.
b. Penulisan Draft Bahan Ajar
Setelah bahan ajar disusun dan dikembangkan dengan menggunakan model tertentu, tahapan selanjutnya adalah diskusi isi draft bahan ajar. Diskusi dapat dilakukan melalui fokus group discussion (FGD) dalam KKG maupun MGMP dengan melibatkan beberapa ahli terkait, yaitu: ahli materi, ahli bahasa, dan ahli kurikulum. Bahan ajar yang telah didiskusikan dan telah mendapat berbagai masukan dari para ahli, kemudian direvisi sesuai dengan masukan yang ada.

c. Penyelesaian
Tahapan akhir dari kajian draft bahan ajar, adalah memperhatikan aspek kebahasaan, keterbacaan (readibility study), kosa kata yang digunakan termasuk tingkat kesulitan bahasa dikaitkan dengan pengguna utama (target audience). Kemudian kelengkapan bahan penunjang lainnya seperti gambar, tabel, dsb.
3)      Pengemasan Bahan Pembelajaran
Secara leksikal, kata “kemasan” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “package” yang berarti “bungkus”, “pak” atau “paket”. Sedangkan kata”pengemasan” merupakan terjemahan dari kata “packaging” yang berarti mengepak atau membungkus. Dengan demikian kemasan dapat diartikan sebagai produk yang dihasilkan oleh kegiatan atau proses pengemasan yaitu proses desain dan pembuatan kemasan untuk barang eceran. Pengemasan diterapkan sama untuk semua produk konsumsi dan produk industrial.
Ada dua alasan utama yang berkaitan dengan fungsi kemasan, yang pertama adalah adanya suatu peradaban yang lebih kompleks dan standar kehidupan yang lebih tinggi yang menjadikan sebuah produk perlu untuk memiliki kemasan yang lebih rapih dalam pengertian fungsional.Yang kedua, kemasan menjadi suatu bagian penting dari proses penjualan atau pendistribusian berkaitan dengan minat pengguna untuk membeli atau menggunakan produk tersebut.
Sebuah kemasan yang baik tidak akan menjual apapun jika konsep pengemasannya tidak tepat walaupun tidak berarti menjual produk yang buruk. Sedangkan sebuah kemasan yang buruk bisa memberikan citra yang jelek terhadap suatu produk yang sangat baik, bagaimanapun baiknya pemikiran dan konsep pengemasannya. Jika pengemasan akan digunakan semaksimal mungkin dalam proses pemasaran, kemasan harus langsung menampilkan sejumlah fungsi vital, kemasan harus melindungi produk dan menjaganya tetap dalam kondisi yang baik, memberi kesan mudah difungsikan, mudah didistribusikan secara ekonomis, efektif biayanya dan memiliki daya jual.
Berdasarkan konsep kemasan dan pengemasan di atas, maka dapat dipahami bahwa aspek kemasan merupakan bagian dari proses perancangan (desain) yang berkaitan dengan fungsi dan penampilansebuah produk. Adapun produk yang dimaksud adalah bahan belajar melalui teknologi informasi. Dengan demikian bahan belajar (produk) yang dimaksud harus memenuhi persyaratan terlindungi dan terjaga dalam kondisi yang baik, memberi kesan mudah difungsikan, mudah didistribusikan secara ekonomis, efektif biayanya dan memiliki daya jual.
4)      Kawasan Teknologi Pembelajaran
Berbagai pendekatan dapat digunakan oleh seorang perancang kemasan bahan belajar, salah satunya adalah dengan menggunakan kawasan teknologi pembelajaran. Dalam kawasan teknologi pembelajaran terdapat lima kawasan yang didasarinya, dimana para peneliti dapat berkonsentrasi pada satu bidang kawasan. Walaupun demikian karena hubungan ini bersifat sinergistik, maka peneliti dapat memfokuskan diri pada satu kawasan atau cakupan dalam kawasan tertentu dan menarik manfaat teori dan praktik dari kawasan yang lainnya. (Seels, 1994).
Kawasan –kawasan yang dimaksud adalah kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan dan kawasan penilaian. Hubungan dari masing-masing kawasan dengan kawasan teknologi pembelajaran sebagai kawasan utama dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:



















KAWASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
a. Kawasan Desain
Kawasan ini seringkali membatasi pada fungsi perencanaan, baik pada tingkat makro dan mikro. Dalam hal penggunaan teknologi, penelitian dan teori desain seringkali mengikuti eksplorasi praktisi mengenai kemuskilan dan kemampuan perangkat keras atau perangkat lunak yang baru. Secara umum desain dalam kawasan teknologi pembelajaran adalah untuk menentukan kondisi belajar. Tujuannya untuk menciptakan strategi produk pada tingkat makro (Program dan kurikulum) dan mikro (pelajaran dan modul).
Kawasan desain setidaknya meliputi empat cakupan teori dan praktek. Kawasan desain meliputi studi mengenai desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan karakteristik pembelajaran.
b. Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakar dari persoalan produksi media. Pengembangan yang dimaksud adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan ini mencakup berbagai variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran dan tidak hanya terdiri dari perangkat keras pembelajaran melainkan juga perangkat lunaknya.
Kawasan pengembangan pada dasarnya dapat dijelaskan dengan adanya pesan yang didorong oleh isi, strategi pembelajaran yang didorong oleh teori dan manifestasi fisik dari teknologi (perangkat keras dan lunak serta bahan pembelajaran). Dengan demikian teknologi merupakan tenaga penggerak dari kawasan pengembangan yang dapat diorganisasikan dalam empat kategori yaitu teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berazaskan komputer dan teknologi terpadu.
c. Kawasan pemanfaatan
Kawasan pemanfaatan merupakan kawasan tertua dari kawasan teknologi pembelajaran. Kawasan ini berasal dari gerakan pendidikan visual (visual education movement) dengan didirikannya museum-museum sekolah. Salah satu bentuk konkritnya adalah mempersiapkan pameran untuk tujuan pembelajaran.
Fungsi kawasan ini sedemikian penting karena membicarakan kaitan antara pebelajar dengan bahan atau sistem pembelajaran.Fungsi ini sangat kritis karena pemanfaatan oleh pebelajar merupakan satu-satunya alasan dari bahan pembelajaran.
Mengapa harus bersusah payah dengan pengadaan dan pembuatan bahan pembelajaran jika tidak digunakan atau tidak dapat dimanfaatkan. Empat kategori dalam kawasan pemanfaatan ini adalah: pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan) serta kebijakan regulasi.
d. Kawasan Pengelolaan
Kawasan ini meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkordinasian dan supervisi. Kompleksitas pengelolaan berbagai macam sumber, personel, usaha desain maupun pengembangan akan semakin meningkat dengan membesarnya usaha dari sebuah institusi pendidikan.
Secara singkat ada empat kategori dalam kawasan pengelolaan yaitu: pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian dan pengelolaan informasi.
e. Kawasan Penilaian
Kawasan ini adalah kawasan dimana terjadi proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan pembelajar. Penilaian dimulai dengan analisis masalah sebagai langkah awal yang penting dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran, karena tujuan dan hambatan dijelaskan dalam langkah ini. Penilaian sebagai komponen terakhir dalam pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai. Melalui pendekatan pembelajaran elearning, kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti suruhan-suruhan yang berada pada halam web. Bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas dan latihan yang harus dikerjakan siswa.










           IV.            Pengembangan Inovasi Pembelajaran Akibat Perkembangan IPTEK
Dari penjelasan sebelumnya, dapat diambil beberapa model pengembangan inovasi desain pembelajaran akibat perkembangan IPTEK:
1.        Pengemasan media pembelajaran melalui pembuatan power point (bahan ajar non cetak) dalam layanan Bimbingan & Konseling. Iptek yang makin berkembang sangat memungkinkan Guru untuk lebih kreatif dalam menarik perhatian siswa dengan menggunakan Web Enhanced Course (Haughey, 1998), salah satunya dengan pemberian motivasi sesuai teori Gestalt yakni “dia tidak melihat bisul hidungnya sendiri” (Perls 1996a, dalam Theory and Practice of Counseling and Phychotheraphy, 2010. Corey:hal: 125). Terapi Gestalt berhubungan dengan hal yang jelas dan orang yang neurotic tidak mampu melihat hal yang jelas. Dalam pelayanan BK penerapan terapi yang sederhana seperti ini belum dilaksanakan sepenuhnya, penulis menyadari itu dan mencoba menciptakan sebuah inovasi pembuatan media dengan memanfaatkan perkembangan IPTEK. Inovasi ini telah dilaksanakan dan Alhamdulillah berhasil dalam artian mampu menarik perhatian siswa baik untuk kesadaran diri dan dapat menimbulkan motivasi dalam mecapai cita-cita.
IMG_20140408_113347.jpg















2.        Pemberian tugas kepada siswa untuk mengunggah materi melalui internet, setelah menunjukkan cara penggunaan dan pemberian arahan serta bimbingan dalam penggunaan internet yang positif juga sesuai. Inovasi pembelajaran ini dapat memanfaatkan situs Goegle, pengembangan inovasi ini berlandas pada Web Enhanced Course (Haughey, 1998).
3.        Penggunaan kalkulator untuk mempermudah proses pembelajaran, dalam hal ini handphone bisa dimanfaatkan. Aplikasi handphone/ telvon genggam berupa alat hitung sudah tersedia, sehingga pengembangan inovasi pebelajaran dapat terlaksanakan dengan mudah  dan terarah.
4.        Pembuatan aplikasi latihan melalui computer yang langsung dilihat oleh siswa sendiri analisis jumlah jawaban salah/ benarnya disertai dengan hasil/ nilai yang didapatkan. Hamzah B. uno dan Nina Lamatenggo (2011: 57) mengemukakan bahwa teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data. Inovasi pembelajaran memberikan pengaruh positif siswa dalam menyadari pentingnya belajar dengan sungguh-sungguh. Inovasi latihan digital ini menggunakan teknik Sequential Model.
5.        Penggunaan e-learning untuk pembelajaran jarak jauh, inovasi pembelajaran ini bisa menggunakan computer atau handphone melalui situs medsos facebook, whats up, bbm, instagram, imo, twiter, line dan aplikasi handphone lainnya.
6.        Penggunaan alat pertanian untuk siswa jurusan pertanian, yang dulunya menggunakan sapi untuk membajak sawah sekarang bisa menggunakan mesin pembajak sawah. Atau pemanenan padi yang tadinya menggunakan tenaga manusia sekarang sudah bisa menggunakan mesin untuk panen. Inovasi dalam pembelajaran seperti ini bisa menghasilkan suatu bahan ajar untuk guru dan hand out bagi BBM siswa melalui mencari dan memanfaatkan berbagai situs internet dengan mudah.
7.        Inovasi pembelajaran dalam teknik otomotif dalam permesinan, kalau dulu siswa hanya menggunakan alat-alat sederhana sekarang mereka bisa menggunakan alat modern seperti dalam penggantian suara motor, penggantian ban besar, pengubahan kecepatan, dan sebagainya hanya dengan melihat youtube. Satu hal yang sangat dominan di dunia informasi adalah bahwa keberhasilan  seseorang ditentukann pada knowledge yang dihasilkan oleh orang tersebut (Hamzah Uno dan Nina Lamatenggo, 2010 :6).
8.        Inovasi pembelajaran dalam metode penugasan pelajaran kimia materi larutan, siswa bisa melihat dengan bebas di youtube cara-cara pencampurannya. Sehingga siswa dapat memahami larutan homogen, heterogen, yang beraliran listrik atau tidak, hingga larutan pendispersi dan sebagainya. Dengan inovasi pembelajaran melalui penggunaan internet siswa bisa memahami karna melakukan dengan pengalan serta kemauan sendiri. Hal ini beekaitan dengan pemilihan metode dalam pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Uno Hamzah, 2007).
9.        Penggunaan mikroskop cahaya, neraca dalam belajar kelompok, yang sebelumnya siswa ditugaskan untuk mencari dan menemukan materi tentang mikroskop cahaya. Hamzah Uno dan Nina Lamatenggo (h.7-8) mengungkapkan bahwa knowledge akan diperoleh dengan mudah melalui website, diskusi di mailing list, dan chating.
10.    Penggunaan alat music untuk pelajaran kesenian, gitar, drama, vokalia dan drum, inovasi pembelajaran ini dari yang sederhana hingga penggunaan alat music listrik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (1995) bahwa menempatkan bahan belajar sebagai bagian dari unsur-unsur dinamis dalam proses belajar disamping motivasi siswa, alat bantu belajar, suasana belajar dan kondisi subjek belajar.
PhotoGrid_1470277328966.jpgPhotoGrid_1445998868275.jpgPhotoGrid_1464125214482.jpg






FB_IMG_1455418095893.jpgFB_IMG_1453789200447.jpg








BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dikaitkan dengan tuntutan masa depan yang bukan hanya bersifat kompetitif tapi juga sangat terkait dengan berbagai kemajuan teknologi dan informasi maka kualitas sistem pembelajaran yang dikembangkan harus mampu secara cepat memperbaiki berbagai kelemahan yang ada. Salah satu cara yang dapat dikembangkan adalah mengubah sistem pembelajaran konvensional dengan sistem pembelajaran yang lebih efektif dan efesien dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Pembelajaran dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi melalui jaringan internet merupakan salah satu alternatif yang tepat dan dapat mengatasi berbagai persoalan pembelajaran, walaupun sistem pendidikan di Indonesia keberadaannya sangat hetrogen karena terbentur masalah letak geografis yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan teknologi informasi.
Electronic Learning (E.Learning) pada hakekatnya adalah belajar atau pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer atau internet. Teknologi belajar seperti itu dapat juga disebut pembelajaran berbasis web (Web Based Instruction). Dalam pengembangan inovasi pembelajaran seiring dengan akibat perkembangan Iptek yang kian maju entah itu dilihat dari teori ataupun penggunaan handphone, computer, bahan ajar untuk siswa yang notabenenya dari generasi digital natives, yang bertempat tinggal dimanapun dengan kondisi apa saja, serta berlatar belakang dimensi cultural, budaya dan psikologis yang berbeda sekalipun tidak akan terlepas dari kata pemanfaatan internet dari situs web manapun.
B.     SARAN
Kita harus menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi telah memasuki berbagai sendi kehidupan, termasuk dunia pendidikan lebih khususnya pembelajaran telah diintervensi oleh keberadaan teknologi ini. Seiring dengan perkembangan aplikasi teknologi informasi dalam dunia pendidikan, maka berbagai bahan belajarpun telah diproduksi dan dikonsumsi oleh pembelajar melalui medium teknologi informasi dalam bentuk kemasan yang sangat bervariasi. Berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang mengandalkan guru sebagai sumber belajar yang pertama dan utama sedangkan sumber lain hanyalah pelengkap untuk kegiatan pembelajaran yang biasanya sudah digariskan dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, mohon kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2007) Modul: Pembelajaran Inovatif dan Partisipatif. Dit. Ketenagaan Dikti
Depdiknas: Jakarta.

Anonim. ”Kreatif dan Inovatif”. http://www.wikipedia.co.id. Diunduh tanggal 21 Maret
2010.

Fraser, B.J. And Walberg, H.J. (1995) Improving sciense education. Chicago : The
National Society for The Study of Education.

Rogers, Diffusion and innovation, New York; New Jersey

Uno Hamzah, (2007) Model Pembelajaran: menciptakan proses belajar mengajar yang
kreatif dan efektif. Bumi Aksara: Jakarta.

Uno Hamzah, (2007) Perencanaan Pembelajaran, Bumi Aksara: Jakarta.

Uno Hamzah, (2007) Profesi Kependidikan, Bumi Aksara: Jakarta.

Uno Hamzah, (2010) Teknologi komunikasi dan informasi pembelajaran, Bumi Aksara: Jakarta.

Uno Hamzah, (2014) Variabel penelitian pendidikaan dan pembelajaran, Bumi Aksara: Jakarta.

Tanadi Santoso. Berfikir Kreatif dan Inovatif. http://www.tanadisantoso.com. Diunduh
tanggal 22 Maret 2010.

Saputra, Husain. 2014. Inovasi Belajar dengan Pendekatan Pailkem. Tersedia di http://www.husainsaputra.wordpress.com/2014/01/05/inovasi-belajar-dengan-pendekatan-pailkem/ [8 Desember2015].

Uno,Hamzah Bdan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Ali,Muhammad (2002). Guru dalam proses belajar mengajar. Sinar Baru Algesindo : Bandung.

Arikunto Suharsimi, (2005), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara Jakarta.

Bahri,Saiful, (2006), Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.

Djahiri,Kosasih (1990), Teori Ketrampilan Belajar dan Mengajar Menuju Guru Inkuiri yang Reaktif Kamus besar Bahasa Indonesia (2008). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Makmun,Abin Syamsudin (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. PT bumi Aksara Jakarta.

Nasution, (2005). Teknologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Riva,I Ahmad, (2003).Teknologi Pengajaran. Algesindo Bandung.
Rusyan, A Trabani (2003). Pedoman Mengajar Kewarganegaraan untuk sekolah Dasar Intimedia Jakarta.

Sadiman, Arif S. dkk (2005). Media Pendidikan. Raja Grafindo, Jakarta.

Sagala Saiful (2005), Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.

Sanjaya,Wina (2006), Strategi Pembelajaran. Kencana Jakarta.

Sudjana,Nana, dkk (2002). Media Pengajaran. Sinar Baru Algesindo Bandung.

Sudjana,Nana ( 2000). Metode Statistika. Tarsito Bandung.

Sudjana,nana (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sudirman dkk (2005). Ilmu Pendidikan. Rosdakarya Bandung.

Sumarsono dkk, (2005). Pendidikan Kewarganegaran. Gramedia , Jakarta

Surakhmad Winarno, (2002), Pengantar penilaian Ilmiah, Dasar metode Tehnik, Tarsito, Bandung.

Usman,M Uzer (2005). Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya Bandung.

Boettcher Judith V. (l999). Faculty Guide for Moving Teaching and Learning to the
Web. USA: Leage for Innovation in the Community College.

Cronin Mary J. (1996). The Internet Strategy Hanbook: Lessons from the New Frontier
Business. USA: Library of Congress.

Coburn, P.,et al. (1985). Practical Guide to Computer in Education. California:
Addison-Wisley Publication C ompany Inc.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Umum Pelaksanaan Pendidikan
Berbasis Keterampilan Hidup (Life Skill) Melalui Pendidikan Broad Based
Education Dalam Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Jakarta: Ditjen PLS
dan Pemuda.

Hardjito. (2001). Pola Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan
Internet: Studi Survai Motif Pemanfaatan Internet Siswa SMU dan SMK DKI
Jakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Heinich Robert. (1996). Instructional Media and Technologies for Learning. New
Jersey: Prentice-Hall Inc..

Kasali Rhenald. (1999). Membidik Pasar Indonesia. Segmentasi, Targeting dan
Postioning. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nina W. Syam. 2004. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan.
Makalah. Disajikan pada Diskusi Panel. UPI Bandung.

Oos Anwar, 2003. Internet: Peluang dan tantangan Pendidikan Nasional Jurnal teknodik,
Jakarta Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Depniknas.

Porbowono, 1996. Internet untuk dunia Pendidikan. Makalah, Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

Rahmi, Rivalina. 2004. Pola Pencarian Informasi di Internet. Jurnal Teknodik Jakarta :
Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan, Depniknas.

Vriens, Dirk 2004. Information and Communication Technology for Competitive
Intellegence University of Nijmegen the Netherlands: Idea group Publishing.

Uno Hamzah & Nina Lamatenggo. 2010. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.